BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam Kuliah lapangan kali ini,yang di laksanakan di Taman
Wisata Alam Sibolangit dan Tahura, mahasiswa/i mengamati berbagai jenis
tumbuhan tingkat rendah yang ada di Taman Wisata Alam ( TWA ) tersebut, seperti Jamur (Fungi),
tumbuhan paku, dan lumut.
Kata jamur atau fungi mungkin akan selalu kita maknai
sebagai cendawan, yaitu organisme yang pendek, seperti serbuk atau spons,
tubuhnya berwarna-warni, dan tumbuh di atas tanah seperti tumbuhan. Meskipun
cendawan adalah organisme yang umum kita sebut sebagai jamur (jamur yang
sebenarnya), dan sebagian besar jamur tersebut terlihat hidup di atas tanah,
tetapi kata fungi memiliki makna yang lebih luas.
Tumbuhan paku (paku-pakuan,
Pteridophyta atau Filicophyta), adalah satu divisio tumbuhan
yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk
reproduksinya.Tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah divisi dari kingdom Plantae
yang anggotanya memiliki akar, batang, dan daun sejati, serta memiliki pembuluh
pengangkut. Tumbuhan paku sering disebut juga dengan kormofita berspora karena
berkaitan dengan adanya akar, batang, daun sejati, serta bereproduksi aseksual
dengan spora.
Lumut daun
terdiri atas lebih kurang 12.000 jenis dan tersiar kemana-mana. Lumut itu dapat
tumbuh diatas tanah-tanah yang gundul yang periodik mengalami masa kekeringan,
bahkan diatas pasir yang bergerakpun tumbuhan ini dapat hidup. Beberapa macam
diantaranya dapat sampai berbulan-bulan menahan kekeringan dengan tidak
mengalami kerusakan, bahkan ada yang tahan kekeringan sampai bertahun-tahun.
Dalam hutan-hutan di pegunungan
dari daerah tropika batang-batang dan cabang-cabang pohon-pohonnan penuh dengan
lumut-lumut ini yang menempel berupa bantal atau bergantungan dari semua bagian
tanaman hingga hutan itu pohon-pohonnya seakan-akan penuh dengan lumut yang
selalu mencucurkan air. Suasana dalam hutan yang demikian amat lembab,
berkabut, dari itu hutan tadi sering juga disebut hutan lumut atau hutan
berkabut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan suatu permasalahan
dalam laporan kuliah lapangan ini antara lain sebagai berikut :
1. Bagaimana
ciri-ciri dari jamur/fungi, lumut dan tumbuhan paku yang diamati ?
2. Apa
keunikan dari jamur/fungi, lumut, dan tumbuhan yang di amati ?
3.
Bagaimana cara hidup tumbuhan yang diamati ?
4. Dimana
habitat / substratnya ?
5. Apa
peranan dari tumbuhan yang diamati ?
C. Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas maka penulis dapat memahami tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah :
1. Mengetahui ciri-ciri
jamur/fungi, lumut, dan tumbuhan paku yang diamati
2. Mengetahui keunikan jamur/fungi,
lumut, dan tumbuhan paku yang diamati
3. Mengetahui cara hidup dari
tumbuhan yang diamati
4. Mengetahui habitat/ substratnya
5.
Mengetahui peranan dari tumbuhan yang diamati
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1
Jamur ( Fungi )
Kata jamur atau fungi mungkin akan selalu kita maknai
sebagai cendawan, yaitu organisme yang pendek, seperti serbuk atau spons,
tubuhnya berwarna-warni, dan tumbuh di atas tanah seperti tumbuhan. Meskipun
cendawan adalah organisme yang umum kita sebut sebagai jamur (jamur yang
sebenarnya), dan sebagian besar jamur tersebut terlihat hidup di atas tanah,
tetapi kata fungi memiliki makna yang lebih luas. Fungi atau jamur didefinisikan
sebagai kelompok organisme eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile),
bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan,
dan kitin, tidak berklorofil, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa
organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual.
Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup
di tempat-tempat yang lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya
matahari. Jamur tidak berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup dari
senyawa-senyawa organik yang diabsorbsi dari organisme lain. Jamur yang prinsip
nutrisinya adalah heterotrof menyebabkannya memiliki kemampuan hidup sebagai
pemakan sampah (saprofit) maupun sebagai penumpang yang mencuri makanan dari
inangnya (parasit). Jamur saprofit adalah
jamur yang makanannya berupa senyawa organik yang telah diuraikan. Jamur ini
memiliki enzim-enzim tertentu yang dapat merombak senyawa-senyawa organik.
Biasanya jamur ini hidup dibagian organisme yang telah mati, misalnya pada
serasah atau batang kayu yang telah lapuk.
Jamur parasit adalah jamur yang menyerap makanan
dari organisme yang ditumpanginya. Sifat parasit ini masih dapat dibedakan lagi
menjadi parasit obligat dan parasit fakultatif.
Jamur
parasit obligat adalah
jamur yang hanya bisa hidup sebagai parasit. Bila ia berada di luar inangnya,
maka ia akan mati. Contohnya adalah Pneumonia carinii (parasit pada
paru-paru penderita AIDS), Epidermophyton fl oocosum (penyebab penyakit
kaki atlet), dan Ustilago maydis (jamur parasit pada tanaman
jagung). Sedangkan jamur parasit fakultatif adalah jamur yang di samping hidup
parasit, ia juga bisa hidup sebagai saprofi t. Jamur tersebut akan bersifat
parasit ketika mendapatkan hospes. Jamur memiliki kemampuan hidup yang sangat
mengesankan. Jamur juga dapat hidup pada suhu sekitar 22oC – 30oC.
Bahkan ada beberapa jenis jamur yang dapat tumbuh dengan subur pada temperatur
sekitar -5oC. Jamur juga dapat hidup pada tempat yang mengan dung
gula atau garam. Dan sifat umum lainnya adalah jamur mampu memanfaatkan
berbagai bahan makanan untuk memenuhi keperluan hidupnya, tetapi tidak dapat
menggunakan senyawa karbon anorganik, seperti halnya bakteri.
A. Struktur Tubuh Jamur
Dilihat dari struktur tubuhnya, jamur memiliki ciri-ciri
yang berguna untuk mengenal apakah suatu organisme merupakan jamur atau bukan.
Organisme yang termasuk jamur bisa terdiri atas satu sel maupun terdiri atas
banyak sel. Jamur yang bersel tunggal
(uniseluler), misalnya adalah ragi (Saccharomyces cerevisiae).
Sedangkan jamur yang tubuhnya bersel
banyak (multiseluler) bisa berupa jamur mikroskopis maupun jamur
makroskopis. Jamur mikroskopis adalah jamur yang hanya bisa dilihat dengan
mikroskop, karena memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil. Contoh jamur
mikroskopis multiseluler adalah Aspergillus sp. dan Penicillium sp.
Jamur multiseluler juga ada yang bersifat makroskopis, mudah diamati dengan
mata telanjang, yang berukuran besar. Contoh jamur makroskopis adalah jamur
merang (Volvariella valvacea) dan jamur kuping (Auricularia
polytricha).
Jamur merupakan organisme eukariotik (eu: sejati dan cariyon:
inti), yaitu organisme yang inti selnya memiliki selaput inti atau karioteka yang lengkap. Di dalam sel
jamur terdapat sitoplasma dan nucleus yang kecil. Jamur memiliki bentuk tubuh
bervariasi, ada yang bulat, bulat telur, maupun memanjang. Pada jamur bersel
banyak (multiseluler) banyak terdapat deretan sel yang membentuk benang,
disebut hifa. Pada jamur yang
sifat hidupnya parasit, hifa mengalami modifi kasi, disebut haustoria. Haustoria merupakan organ untuk
menyerap makanan dari substrat tempat hidup jamur, dan organ ini memiliki
kemampuan untuk menembus jaringan substrat.
Beberapa jaringan hifa akan membentuk miselium. Miselium merupakan tempat pembentukan
spora dan juga sebagai alat reproduksi serta alat untuk mendapatkan makanan.
Hifa juga bisa membentuk struktur yang disebut badan buah. Badan buah merupakan kumpulan hifa
yang muncul dari dalam tanah atau kayu yang lapuk. Badan buah dijumpai pada
kelompok jamur tertentu.
Berdasarkan ada tidaknya sekat atau septa dikenal adanya
hifa aseptat, hifa septat uninukleus, dan hifa septat multinukleus. Beberapa
jenis jamur memiliki hifa yang tidak bersekat. Didalam hifa tersebut terdapat
banyak intisel (multinukleus) yang menyebar didalam sito- plasmanya. Bentuk
hifa yang demikian disebut soenositik..
Hifa jamur bercabang-cabang membentuk miselium. Kita mengenal ada 2 macam
miselium, yaitu miselium vegetatif (berfungsi sebagai alat penyerap makanan)
dan miselium generatif (berfungsi sebagai alat reproduksi).
B. Cara Hidup dan Habitat jamur
Cara hidup jamur bervariasi, ada yang hidup secara soliter
dan ada yang hidup berkelompok (membentuk koloni). Pada umumnya jamur hidup
secara berkelompok atau berkoloni, karena hifa dari jamur tersebut saling
bersambungan atau berhubungan. Cara hidup ini dijumpai misalnya pada jamur
tempe (Rhizopus oryzae), jamur roti (Mucor mucedo), dan Aspergillus
fl avus. Jadi, kalau kalian melihat jamurjamur tersebut yang nampak adalah
koloninya, sedangkan individu yang menyusunnya berukuran sangat kecil. Habitat
jamur juga bermacam-macam. Berbagai jamur hidup di tempat-tempat yang basah,
lembab, di sampah, pada sisa-sisa organisme, atau di dalam tubuh organisme
lain. Bahkan banyak pula jenis-jenis jamur yang hidup pada organisme atau
sisa-sisa organisme di laut atau air tawar. Jamur juga dapat hidup di
lingkungan asam, misalnya pada buah yang asam, atau pada pada lingkungan dengan
konsentrasi gula yang tinggi, misalnya pada selai. Bahkan, jamur yang hidup
bersimbiosis dengan ganggang (lumut kerak), dapat hidup di habitat ekstrim
dimana organisme lain sulit untuk bertahan hidup, seperti di daerah gurun,
gunung salju, dan di kutub. Jenis jamur lainnya juga dijumpai hidup pada tubuh
organisme lain, baik secara parasit maupun simbiosis.
C. Cara Memperoleh Makanan
Jamur bersifat heterotrof, artinya tidak dapat menyusun atau
mensintesis makanan sendiri. Jamur tidak memiliki klorofi l, sehinggatidak bisa
berfotosintesis. Jamur hidup dengan memperoleh makanan dari organisme lain atau
dari materi organik yang sudah mati. Untuk memenuhi kebutuhan makanannya, jamur
dapat hidup secara saprofit, parasit, dan simbiotik.Kebanyakan jamur adalah
bersifat saprofit. Jamur
tersebut memperoleh makanannya dari materi organik yang sudah mati atau sampah.
Untuk memperoleh makannya, hifa jamur mengeluarkan enzim pencernaan, yang dapat
merombak materi organik, menjadi materi yang sederhana (anorganik) sehingga
mudah diserap oleh jamur. Jamur paying, jamur ragi (Saccharomyces cerevisiae),
dan jamur tempe (Rhizopus oryzae) termasuk dalam kelompok jamur
ini.Beberapa jenis jamur, ada yang mendapatkan makanannya langsung dari tubuh
inangnya. Jamur tersebut hidup sebagai parasit yang menyerang tumbuhan,
biasanya mempunyai hifa khusus, yang disebut haustoria. Bentuk hifa tersebut
dapat menembus sel inang dan menyerap zat makanan yang dihasilkan inang. Jamur
parasit tersebut sering menimbulkan penyakit pada tanaman, sehingga di bidang
pertanian menyebabkan penurunan hasil panen. Pada manusia, jamur juga
menyebabkan penyakit, misalnya penyakit kaki atlit (athlete’s foot) dan
penyakit panu. Lihat Gambar 5.10. Beberapa jenis jamur ada yang membentuk
hubungan simbiosis mutualisme dengan akar tumbuhan. Dalam hal ini, jamur
menyediakan materi organik bagi tumbuhan dan sebaliknya, jamur memperoleh
materi organik dari tumbuhan. Selain itu beberapa jenis jamur ada juga yang
bersimbiosis dengan ganggang hijau (Chlorophyta) atau ganggang
hijau-biru (Cyanobacteria) membentuk lumut kerak atau Lichens
D. Cara Reproduksi Jamur
Cara
reproduksi jamur sangat bervariasi. Meskipun demikian, reproduksi jamur umumnya
terjadi dalam 2 cara, yaitu secara seksual (perkembangbiakan generatif ) dan
secara aseksual (perkembangbiakan vegetatif ).
Perkembangbiakan jamur secara generatif adalah perkembangbiakan yang diawali
dengan peleburan gamet (sel-sel kelamin), yang didahului dengan penyatuan 2
hifa yang berbeda, yang disebut konjugasi.
Berdasarkan gametnya, proses ini dapat dikelompokkan sebagai isogami,
anisogami, oogami, gametangiogami, somatogami, dan spermatisasi. Isogami yaitu peleburan 2 gamet
yang sama bentuk dan ukuran nya, bila gamet-gamet tersebut tidak sama ukurannya
disebut anisogami. Apabila
peleburan 2 gamet tersebut yang berbeda adalah bentuk dan ukurannya, maka
disebut oogami. Pada oogami,
ovum yang dihasilkan dalam oogoium dibuahi oleh spermatozoid yang dibentuk
dalam anteridium. Sedangkan yang disebut dengan gametangiogami adalah bila peleburan isi 2 gametangium yang
berbeda jenisnya tersebut menghasilkan zigospora.
Pada somatogami,
yang terjadi yaitu peleburan 2 sel hifa. Dua sel hifa yang tidak
berdeferensiasi inti selnya berpasangan, kemudian terbentuk hifa diploid yang
selanjutnya akan dibentuk askospora. Sedangkan spermatisasi yaitu peleburan
antara spermatium (gamet jantan)
dengan gametangium betina (hifa) yang kemudian berkembang membentuk hifa baru
(diploid) dan menghasilkan askospora.
Seperti halnya reproduksi seksual, reproduksi aseksual juga
dapat terjadi melalui beberapa cara. Cara reproduksi yang paling sederhana
adalah dengan pembentukan tunas (budding)
yang biasa terjadi pada jamur uniseluler, misalnya ragi (Saccharomyces
cerevisiae). Pada reproduksi dengan cara ini, jamur membentuk semacam sel
berukuran kecil yang kemudian tumbuh menjadi sel ragi dengan ukuran sempurna
yang akhirnya terlepas dari sel induknya menjadi individu baru.
Selain dengan tunas, reproduksi aseksual juga dapat terjadi
dengan fragmentasi dan spora aseksual. Fragmentasi
adalah pemotongan bagian-bagian hifa dan setiap potongan tersebut
dapat tumbuh menjadi hifa baru. Reproduksi jamur secara fragmentasi diawali
dengan terjadinya pemisahan hifa dari sebuah miselium. Selanjutnya hifa
tersebut akan tumbuh dengan sendirinya menjadi miselium baru. Pada kondisi
tertentu, hifa akan terdegeneralisasi menjadi sporangia (penghasil spora aseksual).
Cara reproduksi aseksual yang lain adalah dengan spora yang
disebut spora aseksual. Spora aseksual adalah
spora yang dihasilkan dari pembelahan secara mitosis. Pembentukan spora
aseksual pada jamur terjadi melalui spora yang dihasilkan oleh hifa tertentu.
Spora tersebut merupakan sebuah sel reproduksi yang dapat tumbuh langsung
menjadi jamur. Hal ini mirip dengan perkecambahan biji pada tumbuhan tingkat
tinggi.
E. Klasifikasi Jamur
Jamur atau fungi dipelajari secara spesifi k di dalam cabang
biologi yang disebut mikologi.
Para ahli mikologi (mycologist) mengelompokkan kingdom ini ke dalam 4
divisi. Dasar yang digunakan dalam klasifi kasi ini adalah persamaan ciri-ciri.
Salah satu ciri jamur adalah bereproduksi dengan spora, baik spora berfl agela
maupun spora tidak berfl agela. Jenis-jenis jamur yang sporanya berflagela
dikelompokan dalam Dunia Protista yaitu Myxomycotina dan Oomycotina.
Sedangkan yang memiliki spora tidak berfl agela dimasukkan ke dalam Dunia Fungi
dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi
Zygomycotina, Divisi
Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifi kasi
ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur
yang reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifi kasikan ke dalam satu
divisi, yang diberi nama Divisi
Deuteromycotina.
1. Zygomycotina
Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true
fungi. Jenis jamur yang terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (black bread
mold) atau Rhizopus sp. Divisi Zygomycotina memiliki anggota yang
hampir semuanya hidup pada habitat darat, kebanyakan hidup sebagai saprofi t.
Tubuhnya bersel banyak, berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat, dan tidak
menghasilkan spora yang berflagella.
Reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual dan seksual.
Pada reproduksi seksual, jamur ini menghasilkan zigospora. Sedangkan reproduksi
aseksualnya dengan perkecambahan (germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan di
dalam sporangium (kotak spora). Jika spora matang, sporangium akan pecah,
sehingga spora menyebar terbawa angin. Apabila spora tersebut jatuh di tempat
yang sesuai, maka spora akan tumbuh menjadi hifa baru.
Reproduksi seksual atau generatif dilakukan dengan cara konjugasi. Proses ini diawali ketika
dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling berdekatan.
Masing-masing hifa pada sisi-sisi tertentu mengalami pembengkakan dan
perpanjangan pada bagian- bagian tertentu, disebut gametangium. Kemudian, kedua gametangium tersebut bertemu dan
kedua intinya melebur membentuk zigot. Zigot kemudian berkembang menjadi
zigospora (diploid). Pada tahapan berikutnya, zigospora tumbuh, dindingnya
menebal dan berwarna hitam. Inti diploid (2n) mengalami meisosis, menghasilkan
inti haploid (n). Pada lingkungan yang sesuai, zigospora akan tumbuh dan
membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki struktur penopang yang disebut
sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara aseksual dimulai lagi yaitu
ditandai dengan pematangan sporangium hingga sporangium tersebut pecah dan
spora tersebar keluar.
2. Ascomycotina
Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi.
Merupakan fungi yang reproduksi seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus (ascus = sac atau
kantung/pundi-pundi). Askus adalah
semacam sporangium yang menghasilkan askospora. Beberapa askus biasanya
mengelompok dan berkumpul membentuk tubuh buah yang disebut askorkarp atau askoma (kalau banyak disebut askomata). Askomata bisa berbentuk
mangkok, botol, atau seperti balon). Hifa dari Ascomycotina umumnya
monokariotik (uninukleat atau memiliki inti tunggal) dan sel-sel yang
dipisahkan oleh septa sederhana.Jadi, askus merupakan struktur umum yang
dimiliki oleh anggota Divisi Ascomycotina. Tubuhnya ada yang berupa uniseluler
dan ada pula yang multiseluler. Hidup sebagai saprofi t dan parasit. Beberapa
jenis diantaranya dapat juga bersimbiosis dengan makhluk hidup ganggang
hijau-biru dan ganggang hijau bersel satu membentuk lumut kerak.
Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang tumbuh
menjadi benang (hifa) yang bercabang-cabang. Kemudian, salah satu dari beberapa
sel pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi askogonium, yang ukurannya lebih
lebar dari hifa biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya membentuk Anteridium.
Anteridium dan Askogonium tersebut letaknya berdekatan dan memiliki sejumlah
inti yang haploid.
Pada askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan askogonium dengan anteredium.
Melaui trikogin ini inti dari anteredium pindah ke askogonium dan kemudian
berpasangan dengan inti pada askogonium. Selanjutnya pada askogonium tumbuh
sejumlah hifa yang disebut hifa
askogonium. Inti-inti membelah secara mitosis dan tetap berpasangan.
Hifa askogonium tumbuh membentuk septa bercabang. Bagian askogonium berinti
banyak, sedangkan pada bagian ujungnya berinti 2. Bagian ujung inilah yang akan
tumbuh menjadi bakal askus.
Hifa askogonium ini kemudian berkembang disertai pertumbuhan
miselium vegetatif yang kompak, membentuk tubuh buah. Dua inti pada bakal askus
membentuk inti diploid yang kemudian membelah secara meiosis untuk menghasilkan
8 spora askus (askospora). Apabila askospora tersebut jatuh pada lingkungan
yang sesuai maka ia akan tumbuh membentuk hifa atau miselium baru.
Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan cara
membentuk tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada jamur uniseluler dan spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur multiseluler. Spora
aseksual tersebut terbentuk pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor dan sporanya disebut konidia. Konidia merupakan spora yang
dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak spora atau sporangium.
3. Basidiomycotina
Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the
club fungi atau yang sering disebut jamur pada umumnya (cendawan atau
mushrooms). Jamur ini bereproduksi secara seksual dengan membentuk
basidia yang kemudian menghasilkan basidiospora di dalam tubuh buah yang
disebut basidioma atau basidiokarp (Gambar 5.22). Basidia tersebut bisa
berkembang dalam bentuk seperti insang, pori-pori, seperti gigi, atau struktur
lain. Hifa dari Basiomycotina umumnya dikaryotik (binukleat, dengan 2 inti) dan
terkadang memiliki hubungan yang sa ling mengapit. Sel-sel tersebut
dipisahkan oleh septa yang kompleks. Anggota nya kebanyakan berupa jamur
makroskopis. Kelompok ini memiliki miselium yang bersekat dan memiliki
tubuh buah (basi diokarp) yang panjang, berupa lembaran- lembaran, yang
berliku-liku atau bulat. Jamur ini umumnya hidup saprofit dan parasit,
umumnya berkembang biak secara aseksual dengan konidium.
Siklus hidup Basidiomycota dimulai dari spora basidium atau
konidium yang tumbuh menjadi hifa yang bersekat dengan 1 inti
(monokariotik). Hifa tersebut kemudian tumbuh membentuk miselium. Hifa-hifa
yang berbeda, hifa (+) dan hifa (-), bersinggungan pada masing- masing
ujungnya dan melebur diikuti dengan larutnya masingmasing dinding sel.
Kemudian inti sel dari salah satu sel pindah ke sel yang lainnya,
sehingga sel tersebut memiliki 2 inti sel (dikariotik). Sel dikariotik
tersebut akhirnya tumbuh menjadi miselium dikariotik dan selanjutnya
menjadi tubuh buah (basidiokarp).
Basidiokarp memiliki bentuk seperti payung. Pada bagian
bawahnya terdapat basidium yang terletak pada bilah-bilah (lamela).
Masingmasing basidium memiliki 2 inti (2n). Kemudian 2 inti tersebut mengalami
meiosis dan akhirnya terbentuk 4 inti haploid. Dan apabila mendapatkan
lingkungan yang sesuai, inti haploid tersebut akan tumbuh menjadi spora
basidium, atau disebut juga spora seksual. Begitu seterusnya membentuk
siklus hidup Basidiomycotina.
4. Deuteromycotina
Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi
generatifnya dimasukkan ke dalam Deuteromycotina. Kelompok jamur ini juga
sering disebut sebagai jamur tidak
sempurna atau the imperfect fungi. Jamur ini tidak mengalami
reproduksi seksual atau mereka menunjukkan tahap aseksual (anamorph)
dari jamur yang memiliki tahap seksual (teleomorph). Jamur ini
menyerupai Ascomycotina (septanya sederhana). Jadi, kelompok ini bisa dikatakan
sebagai “keranjang sampah”, tempat sementara untuk menampung jenis-jenis jamur
yang belum jelas statusnya. Apabila pada penelitian berikutnya ditemukan cara
reproduksi seksualnya, maka suatu jenis jamur anggota Deuteromycotina akan bisa
dikelompokkan ke dalam Divisi Ascomycotina atau Divisi Basidiomycotina.
Contohnya adalah Neurospora crassa yang saat ini dimasukkan ke dalam
kelompok Ascomycotina.
Semua jamur anggota divisi artifi sial ini bereproduksi
secara aseksual dengan konidia. Konidia dibentuk diujung konidiosfora, secara
langsung pada hifa yang bebas. Beberapa jenis hidup pada dedaunan dan sisa-sisa
tumbuhan yang tenggelam di dasar sungai yang berarus deras. Beberapa kelompok
yang lain merupakan parasit pada protozoa dan hewan-hewan kecil lainnya dengan
berbagai cara. Beberapa jenis juga ditemui pada semut dan sarang rayap.
Beberapa jamur parasit pada hewan-hewan kecil mengembangkan unbranched
body di dalam tubuh korbannya, kemudian secara perlahan- lahan menyerap
nutrien sampai korbannya mati. Setelah itu jamur tersebut memproduksi rantai spora yang mungkin
menempel atau termakan oleh hewan-hewan lain yang akan menjadi korbannya. Cara
lain adalah dengan menangkap mangsanya dengan hifa yang dapat menusuk, dengan
menumpangi dan melekat pada amuba. Salah satu kelompok jamur penghuni tanah ada
yang mampu menangkap cacing nematoda dengan membentuk cincin hifa atau hyphal loop. Ukuran cicin hifa tersebut
lebih kecil dari ukuran tubuh nematode dan run cing pada kedua ujungnya. Ketika
nematoda memasukkan kepalanya ke dalam cincin hifa, cacing tersebut cenderung
berusaha keluar dengan bergerak maju, bukan mundur, sehingga cacing tersebut
justru terjebak pada kumparan hifa jamur tersebut. Setelah berhasil menjerat
korbannya, jamur tersebut kemudian membentuk haustoria yang tumbuh menembus ke
dalam tubuh cacing dan mencernanya.
Deuteromycotina juga memiliki beberapa anggota yang
merupakan penyebab penyakit pada tanaman. Sclerotium rolfsie adalah
jamur yang menyebabkan penyakit busuk pada tanaman budidaya. Sedangkan Helminthosporium
oryzae adalah contoh jamur parasit yang dapat merusak kecambah dan buah
serta dapat menimbulkan noda-noda berwarna hitam pada daun inangnya.
5. Oomycotina (Jamur Air)
Oomycotina berarti fungi telur. Istilah ini didasarkan pada
cara reproduksi seksual pada jamur air. Beberapa anggota Oomycotina bersifat
uniseluler dan tidak memiliki kloroplas.
Jamur air memiliki dinding sel terbuat dari selulosa, yang
berbeda dengan dinding sel jamur sejati yang terbuat dari polisakarida yang
disebut kitin. Yang membedakan jamur air dengan jamur sejati adalah adanya sel
bifl agellata yang terjadi pada daur hidup jamur air. Sementara jamur sejati
tidak memiliki flagella.
Sebagian besar jamur air hidup secara bebas atau melekat
pada sisa-sisa tumbuhan di kolam, danau, atau aliran air. Meraka hidup sebagai
pengurai dan berkoloni. Walaupun begitu, ada juga yang hidup pada sisik atau
insang ikan yang terluka sebagai parasit. Contoh anggota Oomycotina adalah Saprolegnia,
dan Phytoptora infestans. Selain bersifat parasit, jamur air juga
bersifat patogen (dapat menimbulkan penyakit), seperti menyebabkan pembusukan
kayu pada kentang dan tomat.
Jamur air dapat bereproduksi secara seksual atau aseksual.
Secara aseksual, jamur air menghasilkan sporangium di ujung hifa. Di dalam
sporangium tersebut, dihasilkan spora yang berfl agella yang disebut zoospora.
Ketika zoospora matang dan jatuh di tempat yang sesuai, maka akan berkecambah
dan tumbuh menjadi mycelium baru. Adapun reproduksi secara seksual terjadi
melalui penyatuan gamet jantan dan gamet betina. Gamet jantan dihasilkan oleh
antheredium dan gamet betina dihasilkan dari oogonium. Penggabungan gamet
jantan dan gamet betina menghasilkan zigot diploid. Zigot ini nantinya akan
berkembang menjadi spora, yang berdinding tebal. Saat spora berkecambah, akan
dihasilkan mycelium baru.
6. Myxomycotina
Pada umumnya, jamur lendir berwarna (berpigmen) kuning atau
orange, walaupun ada sebagian yang berwarna terang. Jamur ini bersifat
heterotrof dan hidup secara bebas. Tahapan memperoleh makan dalam siklus hidup
jamur lendir merupakan suatu massa ameboid yang disebut plasmodium. Plasmodium ini dapat tumbuh besar hingga diameternya
mencapai beberapa sentimeter. Walaupun berukuran besar, plasmodium bukan
multiseluler. Plasmodium merupakan massa tunggal sitoplasma yang mengandung
banyak inti sel. Plasmodium menelan makanan melalui fagositosis. Mereka
melakukan ini sambil menjulurkan pseudopodia melalui tanah yang lembab,
daun-daunan, atau kayu yang membusuk. Jika habitat jamur lendir mulai mongering
atau tidak ada makanan yang tersisa, plasmodium akan berhenti tumbuh dan
berdiferensiasi menjadi tahapan siklus hidup yang berfungsi dalam tahapan
reproduksi seksual. Contoh jamur lendir adalah jenis Dyctystelum discridium.
2.2
Lumut ( Bryophyta)
Ciri-ciri
dan sifat tumbuhan lumut adalah sebagai berikut :
·
Susunan tubuh tumbuhan
lumut lebih lengkap bila dibandingkan dengan thalophyta. Organ tubuhnya terdiri atas akar (berupa rizoid),
batang dan daun. Walaupun demikian, ada beberapa jenis tumbuhan lumut yang
struktur tubuhnya menyerupai thalophyta, yaitu lumut hati.
·
Dalam daur hidupnya
tumbuhan lumut mengalami pergantian turunan antar fase kawin atau fase
generative dan fase tak kawin atau fase vegetative sehingga tumbuhan lumut
sering diasebut mengalami metagenesis.
·
Tumbuhan lumut sebagai
turunan tak kawin merupakan penghasil sel gamet, oleh karena itu disebut
sebagai gametofit.
·
Turunan generatifnya
adalah sporogonium yaitu badan penghasil spora. Oleh karena itu sporogonium
merupakan sporofitnya.
·
Habitat lumut adalah di
darat yang lembab atau basah. Jadi lumut merupakan tumbuhan higrofit. Umumnya,
tumbuhan lumut melekat pada tempatnya dengan menggunakan rizoidnya.
Klasifikasi
Lumut
Divisi
Bryophyta dibedakan menjadi dua kelas, yaitu hepaticae (lumut hati) dan Musci
atau lumut daun.
1.
Lumut Hepaticae (Lumut Hati)
Tubuh
lumut hati menyerupai talus pipih bercabang dua. Umumnya lumut hati hidup di
darat yang lembab. Namun, ada pula yang hidup di air, misalnya Riccia nutans. Umumnya lumut hati
berumah dua, artinya ada lumut jantan dan ada lumut betina.
Kelas
ini terdiri atas beberapa ordo, yaitu :
1. Anthocerotales
2.
Marchantiales
2.
Kelas Musci ( Lumut Daun)
Lumut
daun atau kelas Musci mempunyai batang, akar dan daun. Batangnya tumbuh tegak
dan daunnya tumbuh disisi batang. Batang lumut tidak dapat membesar. Habitat
lumut daun biasanya di air tawar, air payau, dan di darat yang lembab.
Kelas
ini terbagi menjadi beberapa ordo, yaitu :
1. Andreaeales
2. Sphagnales
3.
Bryales
2.3
Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Tumbuhan
paku (atau paku-pakuan, Pteridophyta atau Filicophyta), adalah satu divisio tumbuhan
yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk
reproduksinya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai
alat perbanyakan generatifnya, sama
seperti lumut dan
fungi. Tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah divisi dari kingdom Plantae yang
anggotanya memiliki akar, batang, dan daun sejati, serta memiliki pembuluh
pengangkut. Tumbuhan paku sering disebut juga dengan kormofita berspora karena
berkaitan dengan adanya akar, batang, daun sejati, serta bereproduksi aseksual
dengan spora. Tumbuhan paku juga disebut sebagai tumbuhan berpembuluh
(Tracheophyta) karena memiliki pembuluh pengangkut.
Tumbuhan paku tersebar di seluruh
bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total
spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia),
sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan ini
cenderung tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas, mungkin mengikuti
perilaku moyangnya di zaman Karbon, yang juga dikenal sebagai masa keemasan
tumbuhan paku karena merajai hutan-hutan di bumi. Serasah hutan tumbuhan pada
zaman ini yang memfosil sekarang ditambang orang sebagai batu bara. Salah
satu anggota dari Pteridophyta ialah kelas Lycopodiinae ( paku kawat atau paku
rambat ). Merupakan tumbuhan liar di pinggir-pinggir jalan, semak belukar atau
di hutan-hutan,sering memanjat di pohon. Tumbuh dari dataran rendah sampai
pegunungan dari ketinggian 100 m sampai 2.000 m di atas permukaan laut.
A. Morfologi Tumbuhan Paku
Bentuk tumbuhan paku
bermacam-macam, ada yang berupa pohon (paku pohon, biasanya
tidak bercabang), epifit, mengapung
di air, hidrofit, tetapi
biasanya berupa terna denganrizoma yang
menjalar di tanah atau humus dan ental (bahasa Inggris frond)
yang menyangga daun dengan
ukuran yang bervariasi (sampai 6 m). Ental yang masih muda selalu menggulung
(seperti gagang biola) dan menjadi satu ciri khas tumbuhan paku. Daun pakis
hampir selalu daun majemuk. Sering
dijumpai tumbuhan paku mendominasi vegetasi suatu tempat sehingga membentuk
belukar yang luas dan menekan tumbuhan yang lain.
B. Ciri-ciri Pterydophyta
a. Memiliki jaringan pengangkut (xilem dan floem)
b. Secara umum telah dapat dibedakan akar, batang
dan daunnya.
c. Alat reproduksi aseksual berupa spora.
d. Spora dihasilkan oleh sporofil (daun fertil).
e. Mengalami metagenesis (Fase sporofit lebih
dominan dari fase gametofit)
C. Bagian – Bagian Tumbuhan Paku
1. Akar
Akar tumbuhan paku merupakan akar sesungguhnya karena
sel-sel akarnya sudah terdiferensiasi menjadi :
a. kuit luar (epidermis)
b. kulit dalam (korteks), dan
c. silinder pusat, terdpat buluh
pengangkut brupa xylem yan dikelilini oleh floe.
Tumbuhan paku mempunyai sistem perakaran serabut.
2. Batang
Pada sebagian besar jenis paku, batangnya terdapat di dalam
tanah yang dinamakan ripang (rhizome). Jika muncul ke permukaan tanah,
batangnya sangat pendek sekitar 0.5 m. Namun, ada beberapa batang pohon paku
yang tingginya mencapai 5 m atau lebih, misalnya cythea sp. Pada batang,
terdapat pembuluh pengangkut berup xilem dikelilingi floem.
3. Daun
Macam-Macam Daun
- daun yang kecil-kecil disebut Mikrofil
- daun yang besar-besar disebut Makrofil dan telah mempunyai
daging daun (Mesofil)
- daun yang khusus untuk asimilasi disebut Tropofil
- daun yang khusus menghasilkan spora disebut Sporofil
D. Klasifikasi
Ø Psilotophyta mempunyai dua genera. Psilotum sp
tersebar luas di daerah tropik dan subtropik, mempunyai ranting dikotom, tidak
memiliki akar dan daun, pengganti akar berupa rizoma diselubungi rambut-rambut
yang dikenal rizoid. Contohnya: Psilotum.
Ø Lycopodophyta memiliki daun berupa mikrofil
yang tersusun secara spiral. Lycopodophyta memiliki sporangium yang muncul dari
ketiak daun dan berkumpul membentuk strobilus (bentuk seperti pentungan kayu).
Kebanyakan hidup menempel pada tumbuhan lain sebagai epifit. Contohnya Lycopodium
sp dan Selaginella sp.
Ø Equisetophyta sering disebut paku ekor kuda,
bersifat homospora, mempunyai akar; batang; daun sejati, batangnya keras karena
dinding sel mengandung silika. Mereka biasa tumbuh di tempat yang lembap. Daun
berukuran menengah, bersisik, dan tersusun melingkar pada setiap buku. Rizom
dapat menghasilkan batang yang menjulang ke atas hingga 1,3 meter, dan pada
ujung batang terdapat strobilus berwarna kekuning-kuningan. Contohnya Equisetum
debile (paku ekor kuda).
ØPteridophyta (paku sejati) umumnya tumbuh di
darat pada daerah tropis dan subtropis. Mereka memiliki makrofil dengan
tulang-tulang daun dan daging daun (mesofil). Tinggi tumbuhan ini bervariasi
mulai dari terpendek hingga yang tinggi menjulang seperti pohon. Contohnya: Adiantum
cuneatum (paku suplir untuk hiasan), Marsilea crenata (semanggi untuk sayuran),
Asplenium nidus (paku sarang burung), Pletycerium bifurcatum (paku tanduk
rusa), Alsophilla glauce (paku tiang).
E. Daur hidup (metagenesis)
Tumbuhan paku mengalami metagenesis atau pergiliran
keturunan antara generasi sporofit dan generasi gametofit.
Generasi Saprofit merupakan tumbuhan paku itu sendiri
yang dapat menghasilkan spora. Spora dihasilkan oleh struktur daun khusus yang
disebut sporofil. Spora tersebut mudah menyebar diterbang angin, dan spora yang
jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi tumbuhan baru yaitu berupa
protalium.
Generasi Gametofit merupakan tumbuhan penghasil gamet.
Generasi gametofit ditandai dengan adanya protalium yaitu tumbuhan paku baru
yang berbentuk seperti jantung, berwarna hijau, dan melekat pada substrat
dengan rizoidnya. Generasi gametofit tidak berlangsung lama karena biasanya
protaliumnya berukuran kecil dan tidak berumur panjang. Di dalam protalium
terdapat suatu gametangium sehingga dapat membentuk anteridium yaitu alat
kelamin jantan yang akan menghasilkan sperma, dan arkegonium yaitu alat kelamin
betina yang akan menghasilkan sel telur. Jika terjadi pertemuan antara sperma
dengan sel telur maka akan terbentuk zigot dan akan tumbuh menjadi tumbuhan
paku baru.
F. Metagenesis Tumbuhan Paku
Ø
Arkegonium (n)
Ø
Spora (n)
Ø
Mitosis
Ø
Protalus atau protalium (n)
Ø
(gametofit)
Ø
Anteridium (n)
Ø
Sel telur (n)
Ø
Spermatozoid (n)
Ø
Zigot (2n)
Ø
Tumbuhan paku (2n)
Ø
(sporofit)
Ø
Sporangium
Ø
Spora (n)
Ø
Meiosis
Metagenesis
Pterydophyta Reproduksi Pterydophyta
G. Macam pteridophyta (spora)
a) Paku Homospora (isospora)
menghasilkan
satu jenis spora saja, misalnya paku kawat (Lycopodium clavatum).
b) Paku Heterospora (anisospora) menghasilkan
dua jenis spora yaitu: mikrospora (jantan) dan makrospora (betina), misalnya
paku rane (Selaginella wildenowii) dan semanggi (Marsilea crenata).
c. Peralihan
antara homospora dan heterospora
menghasilkan
spora yang bentuk dan ukurannya sama (isospora) tetapi sebagian jantan dan
sebagian betina (heterospora), misalnya paku ekor kuda (Equisetum debile)
H. Manfaat Tumbuhan paku
Sebagai
tanaman hiasan :
- Platycerium nidus (paku tanduk rusa)
- Asplenium nidus (paku sarang burung)
- Adiantum cuneatum (suplir)
- Selaginella wildenowii (paku rane)
- Platycerium nidus (paku tanduk rusa)
- Asplenium nidus (paku sarang burung)
- Adiantum cuneatum (suplir)
- Selaginella wildenowii (paku rane)
Sebagai
bahan penghasil obat-obatan :
- Asipidium filix-mas
- Lycopodium clavatum
- Asipidium filix-mas
- Lycopodium clavatum
Sebagai
sayuran :
- Marsilea crenata (semanggi)
- Salvinia natans (paku sampan = kiambang)
- Marsilea crenata (semanggi)
- Salvinia natans (paku sampan = kiambang)
Sebagai
pupuk hijau :
- Azolla pinnata bersimbiosis dengan anabaena azollae (gangang
biru)
- Azolla pinnata bersimbiosis dengan anabaena azollae (gangang

Sebagai
pelindugn tanaman di persemaian :
- Gleichenia linearis
- Gleichenia linearis
Sebagai sumber bahan baku pembentukan batu bara :
- Tumbuhan paku yang sudah mati pada zaman purba.
BAB III ISI
DATA HASIL KULIAH LAPANGAN
|
|||
NO. SAMPEL
|
DESKRIPSI
|
FOTO
|
KETERANGAN
|
01.
|
·
Jamur ini memiliki warna tubuh kuning
kecoklatan.
·
Memiliki tubuh yang lunak (Tidak
keras).
·
Memiliki lamella.
·
Habitatnya ditempat – tempat yang
lembab
·
Menempel pada substrat batang
tumbuhan.
|
![]() |
Kingdom : Fungi
Divisi :
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus
Spesies : Spesies 1
|
02.
|
·
Jamur ini memiliki warna tubuh kuning
ke-orenge.
·
Memiliki tubuh yang lunak.
·
Tepi pada jamur ini tidak rata
(bergelombang).
·
Menempel pada substrat batang
tumbuhan.
|
![]() |
Kingdom :
Fungi
Divisi :
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies : Spesies 2
|
03.
|
·
Jamur ini memiliki tubuh warna putih
bersih.
·
Tepi tubuhnya tidak rata.
·
Memiliki lamella.
·
Menempel pada substrat batang
tumbuhan.
|
![]() |
Kingdom : Fungi
Divisi :
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus
:
Spesies : Spesies 3
|
04.
|
·
Jamur ini memiliki warna hitam.
·
Permukaan bawah jamur ini kasar dan
keras.
·
Menempel pada substrat batang yang
sudah mati.
|
![]() |
Kingdom :
Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Ordo : Polyporales
Famili : Ganodermaceae
Genus : Ganoderma
Spesies : Ganodoema sp.
|
05.
|
·
Jamur
ini juga merupakan jamur kayu.
·
Memiliki tubuh yang keras.
·
Memiliki warna tubuh putih kecoklatan.
·
Tepi
tubuhnya seperti kipas.
|
![]() |
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Ordo : Polyporales
Famili : Ganodermaceae
Genus
: Ganoderma
Spesies : Ganoderma sp.
|
06.
|
·
Lumut kerak bertipe squamulose (bentuk
sisik).
·
Memiliki warna putih kekuning
kuningan.
·
Menempel pada substrat daun.
|
![]() |
Kingdom :
Fungi
Divisi :
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies : Spesies 6
|
07.
|
·
Lumut kerak bertipe foliose (seperti
daun).
·
Memiliki warna hijau dan ada juga
warna kuning.
·
Menempel pada substrat dinding batu.
|
![]() |
Kingdom : Fungi
Divisi :
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus
:
Spesies : Spesies 7
|
08.
|
·
Lumut kerak bertipe squamulose (Bentuk
sisik)
·
Memiliki warna putih kehijauan.
·
Menempel pada substrat batang yang
lembab.
|
![]() |
Kingdom :
Fungi
Divisi :
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies : Spesies 8
|
09.
|
·
Lumut kerak bertipe squamulose (bentuk
sisik).
·
Memiliki warna putih kehijauan.
·
Memiliki bentuk seperti sisik.
·
Menempel pada substrat batang yang
kering.
|
![]() |
Kingdom : Fungi
Divisi :
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus
:
Spesies : Spesies 9
|
10.
|
·
Lumut kerak ini bertipe fruticose
(Hairy-Like).
·
Warna lumut kerak ini berwarna hijau
pucat.
·
Memiliki bentuk tubuh seperti rambut.
·
Menempel pada substrat batang.
|
![]() |
Kingdom :
Fungi
Divisi :
Kelas :
Ordo : Usneales
Famili : Usneaceae
Genus : Usnea
Spesies : Usnea sp.
|
11.
|
·
Lumut kerak ini bertipe squamulose.
·
Warnanya hijau.
·
Bentuknya seperti sisik.
·
Menempel pada substrat batang.
|
![]() |
Kingdom : Fungi
Divisi :
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus
:
Spesies : Spesies 11
|
12.
|
·
Lumut kerak bertipe foliose.
·
Warna tubuhnya hijau.
·
Tepi tubuhnya tidak rata.
·
Menempel pada substrat batang
tumbuhan.
|
![]() |
Kingdom :
Fungi
Divisi :
Ascomycota
Kelas : Lecanoromycetes
Ordo : Lecanorales
Famili
:Parmaliaceae
Genus :
Parmelia
Spesies:Parmelia saxatilis
|
13.
|
·
Lumut kerak ini bertipe squamulose.
·
Warna tubuhnya kuning kehijauan.
·
Menempel pada substrat batang.
|
![]() |
Kingdom : Fungi
Divisi :
Kelas
:
Ordo
:
Famili :
Genus :
Spesies : Spesies 13
|
14.
|
·
Lumut kerak ini bertipe seperti
rambut.
·
Warna lumut ini berwarna hijau.
·
Menempel pada substrat batang
tumbuhan.
|
![]() |
Kingdom :
Fungi
Divisi :
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies : Spesies 14
|
15.
|
·
Lumut ini merupakan lumut hati
(Hepaticeae).
·
Warna lumut hati ini berwarna hijau.
·
Lumut ini memiliki alat kelamin
arkegonium dan anteridium.
·
Memiliki akar rhizoid.
|
![]() |
Kingdom : Plantae
Divisi : Bryophyta
Kelas : Hepaticeae
Ordo : Marchantiales
Famili : Marchantiaceae
Genus
: Marchantia
Spesies : M. polymorpha
|
16.
|
·
Memiliki tepi daun yang bergerigi.
·
Memiliki spora dibawah permukaan daun.
·
Memiliki daun yang lumayan panjang.
·
Memiliki tulang daun.
|
![]() |
Kingdom :
Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Polipodiopsida
Ordo : Cyathiales
Famili : Cyatheceae
Genus : Cyathea
Spesies : C. contaminans
|
17.
|
·
Paku ini merupakan paku tiang.
·
Batangnya keras.
·
Habitatnya ditempat – tempat yang
lembab.
·
Akarnya serabut.
|
![]() |
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Polipodiopsida
Ordo : Polypodiales
Famili :
Genus
:
Spesies : Spesies 17
|
18.
|
·
Memiliki daun yang kecil.
·
Warnanyadaun hijau.
·
Memiliki batang keras.
·
Memiliki akar rhizome.
·
Substrat pada tanah yang lembab.
|
![]() |
Kingdom :
Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Polipodiopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Adiantiales
Genus : Adiantum
Spesies : A. Cuneatum
|
19.
|
·
Memiliki
warna helai
daun hijau cerah dan menguning bila terkena cahaya matahari langsung.
·
Menumpang pada cabang-cabang pohon.
|
![]() |
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Polipodiopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Aspleniaceae
Genus : Asplenium
Spesies : A. nidus
|
20.
|
·
Paku ini memiliki daun yang memanjang.
·
Warna daunnya hijau.
·
Menempel pada substrat batang tumbuhan
yang sudah mati.
|
![]() |
Kingdom : Plantae
Divisi :
Pteridophyta
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies : Spesies
20
|
21.
|
·
Paku ini mirip dengan suplir, hanya
saja paku ini memiliki daun besar.
·
Warna daunnya hijau tua.
·
Substrat pada tanah yang lembab.
|
![]() |
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus
:
Spesies : Spesies 21
|
22.
|
·
Paku ini memiliki daun kecil.
·
Tepi daunnya bergerigi.
·
Substrat pada tanah yang lembab.
|
![]() |
Kingdom :
Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies : Spesies 22
|
Contoh
Daun Ental Pada Tumbuhan Paku
![]() |
Ciri khas daun tumbuhan paku pada
waktu masih muda adalah menggulung, dan daunnya ada yang kecil yang disebut
dengan mikrofil, ada pula yang berukuran besar yang
disebut dengan makrofil. Pada umumnya mikrofil pada
tumbuhan paku berbentuk rambut atau sisik, tidak bertangkai, dan tidak
bertulang kecuali pada paku kawat dan paku ekor kuda. Sedangkan untuk
makrofil sudah bertangkai, bertulang daun, dan memiliki daging daun (mesofil)
yang terdapat stomata, jaringan tiang, dan bunga karang.
|
BAB IV KESIMPULAN
Dari data hasil kuliah lapangan yang di lakukan di Taman
Wisata Alam Sibolangit dan Tahura, dan juga dari teori yang di peroleh, maka
dapat di simpulkan menjadi beberapa poin-poin penting diantaranya yaitu :
1.
Fungi atau jamur didefinisikan sebagai
kelompok organisme eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile),
bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan,
dan kitin, tidak berklorofil, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa
organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual.
2.
Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat
yang lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur
tidak berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof.
3.
Cara hidup jamur bervariasi, ada yang hidup secara soliter dan ada yang hidup
berkelompok (membentuk koloni). Pada umumnya jamur hidup secara berkelompok
atau berkoloni, karena hifa dari jamur tersebut saling bersambungan atau
berhubungan.
4.
Lichenes adalah sejenis tumbuhan yang unik. Tumbuhan ini merupakan simbiosis
antara alga dan jamur tertentu, dan memiliki morfologi, reproduksi dan
klsifikasi yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok tersendiri.
5.
Tubuhnya berupa thallus yang terdiri dari benang-benang hifa. Sebagai tumbuhan
perintis, lichenes ikut berperan dalam pembentukan tanah dan tidak memerlukan
syarat hidup yang tinggi.
6.
Tumbuhan lichenes tidak akan terbentuk tanpa adanya simbiosis antara alga dan
jamur yang sesuai. Tumbuhan ini juga menghasilkan senyawa-senyawa metabolit
yang tidak dihasilkan oleh alga dan jamur yang hidup terpisah.
7.
Selain keunikan struktur, fisiologi maupun reproduksinya, lichenes juga
memiliki kegunaan ekonomi yang tidak kalah pentingnya. Sampai sekarang para
ahli masih terus meneliti tumbuhan ini dan ada yang mengusulkan agar lichenes
dimasukkan ke dalam golongan tersendiri dan terpisah dari jamur dan alga.
8.
Ciri
khas daun tumbuhan paku pada waktu masih muda adalah menggulung, dan daunnya
ada yang kecil yang disebut dengan mikrofil, ada pula
yang berukuran besar yang disebut dengan makrofil.
9. Tumbuhan
paku sering disebut juga dengan kormofita berspora karena berkaitan dengan
adanya akar, batang, daun sejati, serta bereproduksi aseksual dengan spora.
Tumbuhan paku juga disebut sebagai tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) karena
memiliki pembuluh pengangkut.
10.
Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa pohon (paku pohon, biasanya
tidak bercabang), epifit, mengapung
di air, hidrofit, tetapi
biasanya berupa terna denganrizoma yang
menjalar di tanah atau humus dan ental (bahasa Inggris frond)
yang menyangga daun dengan
ukuran yang bervariasi (sampai 6 m).
Daftar pustaka
Hackle. 1999. Tumbuhan
paku. Bandung : Cv. Duta permana.
Sembiring, L. dkk. 2005. Biologi. Jilid 1. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka.
Soeratman. 1999. Pengelompokan
Tumbuhan Pteridophyta. Jakarta : Erlangga
Tjitrosoepoemo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_paku di akses
tanggal 18 Mei 2013
http://www.lichen.com
di akses tanggal 18 Mei 2013
Dokumentasi kelompok
















Tidak ada komentar:
Posting Komentar