Entri Populer

Senin, 29 September 2014

Jamur/Fungi, Lumut dan Tumbuhan Paku



BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Kuliah lapangan kali ini,yang di laksanakan di Taman Wisata Alam Sibolangit dan Tahura, mahasiswa/i mengamati berbagai jenis tumbuhan tingkat rendah yang ada di Taman Wisata Alam  ( TWA ) tersebut, seperti Jamur (Fungi), tumbuhan paku, dan lumut.
Kata jamur atau fungi mungkin akan selalu kita maknai sebagai cendawan, yaitu organisme yang pendek, seperti serbuk atau spons, tubuhnya berwarna-warni, dan tumbuh di atas tanah seperti tumbuhan. Meskipun cendawan adalah organisme yang umum kita sebut sebagai jamur (jamur yang sebenarnya), dan sebagian besar jamur tersebut terlihat hidup di atas tanah, tetapi kata fungi memiliki makna yang lebih luas.
Tumbuhan paku (paku-pakuan, Pteridophyta atau Filicophyta), adalah satu divisio tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya.Tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah divisi dari kingdom Plantae yang anggotanya memiliki akar, batang, dan daun sejati, serta memiliki pembuluh pengangkut. Tumbuhan paku sering disebut juga dengan kormofita berspora karena berkaitan dengan adanya akar, batang, daun sejati, serta bereproduksi aseksual dengan spora.
Lumut daun terdiri atas lebih kurang 12.000 jenis dan tersiar kemana-mana. Lumut itu dapat tumbuh diatas tanah-tanah yang gundul yang periodik mengalami masa kekeringan, bahkan diatas pasir yang bergerakpun tumbuhan ini dapat hidup. Beberapa macam diantaranya dapat sampai berbulan-bulan menahan kekeringan dengan tidak mengalami kerusakan, bahkan ada yang tahan kekeringan sampai bertahun-tahun.
Dalam hutan-hutan di pegunungan dari daerah tropika batang-batang dan cabang-cabang pohon-pohonnan penuh dengan lumut-lumut ini yang menempel berupa bantal atau bergantungan dari semua bagian tanaman hingga hutan itu pohon-pohonnya seakan-akan penuh dengan lumut yang selalu mencucurkan air. Suasana dalam hutan yang demikian amat lembab, berkabut, dari itu hutan tadi sering juga disebut hutan lumut atau hutan berkabut.
B. Rumusan Masalah 
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan suatu permasalahan dalam laporan kuliah lapangan ini antara lain sebagai berikut :
1. Bagaimana ciri-ciri dari jamur/fungi, lumut dan tumbuhan paku yang diamati ?
2. Apa keunikan dari jamur/fungi, lumut, dan tumbuhan yang di amati ?
3. Bagaimana cara hidup tumbuhan yang diamati ?
4. Dimana habitat / substratnya ?
5. Apa peranan dari tumbuhan yang diamati ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis dapat memahami tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Mengetahui ciri-ciri jamur/fungi, lumut, dan tumbuhan paku yang diamati
2. Mengetahui keunikan jamur/fungi, lumut, dan  tumbuhan paku yang diamati
3. Mengetahui cara hidup dari tumbuhan yang diamati
4. Mengetahui habitat/ substratnya
5. Mengetahui peranan dari tumbuhan yang diamati











BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Jamur ( Fungi )
Kata jamur atau fungi mungkin akan selalu kita maknai sebagai cendawan, yaitu organisme yang pendek, seperti serbuk atau spons, tubuhnya berwarna-warni, dan tumbuh di atas tanah seperti tumbuhan. Meskipun cendawan adalah organisme yang umum kita sebut sebagai jamur (jamur yang sebenarnya), dan sebagian besar jamur tersebut terlihat hidup di atas tanah, tetapi kata fungi memiliki makna yang lebih luas. Fungi atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organisme eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile), bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan, dan kitin, tidak berklorofil, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual.
Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-senyawa organik yang diabsorbsi dari organisme lain. Jamur yang prinsip nutrisinya adalah heterotrof menyebabkannya memiliki kemampuan hidup sebagai pemakan sampah (saprofit) maupun sebagai penumpang yang mencuri makanan dari inangnya (parasit). Jamur saprofit adalah jamur yang makanannya berupa senyawa organik yang telah diuraikan. Jamur ini memiliki enzim-enzim tertentu yang dapat merombak senyawa-senyawa organik. Biasanya jamur ini hidup dibagian organisme yang telah mati, misalnya pada serasah atau batang kayu yang telah lapuk.
Jamur parasit adalah jamur yang menyerap makanan dari organisme yang ditumpanginya. Sifat parasit ini masih dapat dibedakan lagi menjadi parasit obligat dan parasit fakultatif.
Jamur parasit obligat adalah jamur yang hanya bisa hidup sebagai parasit. Bila ia berada di luar inangnya, maka ia akan mati. Contohnya adalah Pneumonia carinii (parasit pada paru-paru penderita AIDS), Epidermophyton fl oocosum (penyebab penyakit kaki atlet), dan Ustilago maydis (jamur parasit pada tanaman jagung). Sedangkan jamur parasit fakultatif adalah jamur yang di samping hidup parasit, ia juga bisa hidup sebagai saprofi t. Jamur tersebut akan bersifat parasit ketika mendapatkan hospes. Jamur memiliki kemampuan hidup yang sangat mengesankan. Jamur juga dapat hidup pada suhu sekitar 22oC – 30oC. Bahkan ada beberapa jenis jamur yang dapat tumbuh dengan subur pada temperatur sekitar -5oC. Jamur juga dapat hidup pada tempat yang mengan dung gula atau garam. Dan sifat umum lainnya adalah jamur mampu memanfaatkan berbagai bahan makanan untuk memenuhi keperluan hidupnya, tetapi tidak dapat menggunakan senyawa karbon anorganik, seperti halnya bakteri.
A. Struktur Tubuh Jamur
Dilihat dari struktur tubuhnya, jamur memiliki ciri-ciri yang berguna untuk mengenal apakah suatu organisme merupakan jamur atau bukan. Organisme yang termasuk jamur bisa terdiri atas satu sel maupun terdiri atas banyak sel. Jamur yang bersel tunggal (uniseluler), misalnya adalah ragi (Saccharomyces cerevisiae). Sedangkan jamur yang tubuhnya bersel banyak (multiseluler) bisa berupa jamur mikroskopis maupun jamur makroskopis. Jamur mikroskopis adalah jamur yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop, karena memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil. Contoh jamur mikroskopis multiseluler adalah Aspergillus sp. dan Penicillium sp. Jamur multiseluler juga ada yang bersifat makroskopis, mudah diamati dengan mata telanjang, yang berukuran besar. Contoh jamur makroskopis adalah jamur merang (Volvariella valvacea) dan jamur kuping (Auricularia polytricha).
Jamur merupakan organisme eukariotik (eu: sejati dan cariyon: inti), yaitu organisme yang inti selnya memiliki selaput inti atau karioteka yang lengkap. Di dalam sel jamur terdapat sitoplasma dan nucleus yang kecil. Jamur memiliki bentuk tubuh bervariasi, ada yang bulat, bulat telur, maupun memanjang. Pada jamur bersel banyak (multiseluler) banyak terdapat deretan sel yang membentuk benang, disebut hifa. Pada jamur yang sifat hidupnya parasit, hifa mengalami modifi kasi, disebut haustoria. Haustoria merupakan organ untuk menyerap makanan dari substrat tempat hidup jamur, dan organ ini memiliki kemampuan untuk menembus jaringan substrat.
Beberapa jaringan hifa akan membentuk miselium. Miselium merupakan tempat pembentukan spora dan juga sebagai alat reproduksi serta alat untuk mendapatkan makanan. Hifa juga bisa membentuk struktur yang disebut badan buah.  Badan buah merupakan kumpulan hifa yang muncul dari dalam tanah atau kayu yang lapuk. Badan buah dijumpai pada kelompok jamur tertentu.
Berdasarkan ada tidaknya sekat atau septa dikenal adanya hifa aseptat, hifa septat uninukleus, dan hifa septat multinukleus. Beberapa jenis jamur memiliki hifa yang tidak bersekat. Didalam hifa tersebut terdapat banyak intisel (multinukleus) yang menyebar didalam sito- plasmanya. Bentuk hifa yang demikian disebut soenositik.. Hifa jamur bercabang-cabang membentuk miselium. Kita mengenal ada 2 macam miselium, yaitu miselium vegetatif (berfungsi sebagai alat penyerap makanan) dan miselium generatif (berfungsi sebagai alat reproduksi).
B. Cara Hidup dan Habitat jamur
Cara hidup jamur bervariasi, ada yang hidup secara soliter dan ada yang hidup berkelompok (membentuk koloni). Pada umumnya jamur hidup secara berkelompok atau berkoloni, karena hifa dari jamur tersebut saling bersambungan atau berhubungan. Cara hidup ini dijumpai misalnya pada jamur tempe (Rhizopus oryzae), jamur roti (Mucor mucedo), dan Aspergillus fl avus. Jadi, kalau kalian melihat jamurjamur tersebut yang nampak adalah koloninya, sedangkan individu yang menyusunnya berukuran sangat kecil. Habitat jamur juga bermacam-macam. Berbagai jamur hidup di tempat-tempat yang basah, lembab, di sampah, pada sisa-sisa organisme, atau di dalam tubuh organisme lain. Bahkan banyak pula jenis-jenis jamur yang hidup pada organisme atau sisa-sisa organisme di laut atau air tawar. Jamur juga dapat hidup di lingkungan asam, misalnya pada buah yang asam, atau pada pada lingkungan dengan konsentrasi gula yang tinggi, misalnya pada selai. Bahkan, jamur yang hidup bersimbiosis dengan ganggang (lumut kerak), dapat hidup di habitat ekstrim dimana organisme lain sulit untuk bertahan hidup, seperti di daerah gurun, gunung salju, dan di kutub. Jenis jamur lainnya juga dijumpai hidup pada tubuh organisme lain, baik secara parasit maupun simbiosis.
C. Cara Memperoleh Makanan
Jamur bersifat heterotrof, artinya tidak dapat menyusun atau mensintesis makanan sendiri. Jamur tidak memiliki klorofi l, sehinggatidak bisa berfotosintesis. Jamur hidup dengan memperoleh makanan dari organisme lain atau dari materi organik yang sudah mati. Untuk memenuhi kebutuhan makanannya, jamur dapat hidup secara saprofit, parasit, dan simbiotik.Kebanyakan jamur adalah bersifat saprofit. Jamur tersebut memperoleh makanannya dari materi organik yang sudah mati atau sampah. Untuk memperoleh makannya, hifa jamur mengeluarkan enzim pencernaan, yang dapat merombak materi organik, menjadi materi yang sederhana (anorganik) sehingga mudah diserap oleh jamur. Jamur paying, jamur ragi (Saccharomyces cerevisiae), dan jamur tempe (Rhizopus oryzae) termasuk dalam kelompok jamur ini.Beberapa jenis jamur, ada yang mendapatkan makanannya langsung dari tubuh inangnya. Jamur tersebut hidup sebagai parasit yang menyerang tumbuhan, biasanya mempunyai hifa khusus, yang disebut haustoria. Bentuk hifa tersebut dapat menembus sel inang dan menyerap zat makanan yang dihasilkan inang. Jamur parasit tersebut sering menimbulkan penyakit pada tanaman, sehingga di bidang pertanian menyebabkan penurunan hasil panen. Pada manusia, jamur juga menyebabkan penyakit, misalnya penyakit kaki atlit (athlete’s foot) dan penyakit panu. Lihat Gambar 5.10. Beberapa jenis jamur ada yang membentuk hubungan simbiosis mutualisme dengan akar tumbuhan. Dalam hal ini, jamur menyediakan materi organik bagi tumbuhan dan sebaliknya, jamur memperoleh materi organik dari tumbuhan. Selain itu beberapa jenis jamur ada juga yang bersimbiosis dengan ganggang hijau (Chlorophyta) atau ganggang hijau-biru (Cyanobacteria) membentuk lumut kerak atau Lichens
D. Cara Reproduksi Jamur
Cara reproduksi jamur sangat bervariasi. Meskipun demikian, reproduksi jamur umumnya terjadi dalam 2 cara, yaitu secara seksual (perkembangbiakan generatif ) dan secara aseksual (perkembangbiakan vegetatif ).  
Perkembangbiakan jamur secara generatif adalah perkembangbiakan yang diawali dengan peleburan gamet (sel-sel kelamin), yang didahului dengan penyatuan 2 hifa yang berbeda, yang disebut konjugasi. Berdasarkan gametnya, proses ini dapat dikelompokkan sebagai isogami, anisogami, oogami, gametangiogami, somatogami, dan spermatisasi. Isogami yaitu peleburan 2 gamet yang sama bentuk dan ukuran nya, bila gamet-gamet tersebut tidak sama ukurannya disebut anisogami. Apabila peleburan 2 gamet tersebut yang berbeda adalah bentuk dan ukurannya, maka disebut oogami. Pada oogami, ovum yang dihasilkan dalam oogoium dibuahi oleh spermatozoid yang dibentuk dalam anteridium. Sedangkan yang disebut dengan gametangiogami adalah bila peleburan isi 2 gametangium yang berbeda jenisnya tersebut menghasilkan zigospora.
Pada somatogami, yang terjadi yaitu peleburan 2 sel hifa. Dua sel hifa yang tidak berdeferensiasi inti selnya berpasangan, kemudian terbentuk hifa diploid yang selanjutnya akan dibentuk askospora. Sedangkan spermatisasi yaitu peleburan antara spermatium (gamet jantan) dengan gametangium betina (hifa) yang kemudian berkembang membentuk hifa baru (diploid) dan menghasilkan askospora.
Seperti halnya reproduksi seksual, reproduksi aseksual juga dapat terjadi melalui beberapa cara. Cara reproduksi yang paling sederhana adalah dengan pembentukan tunas (budding) yang biasa terjadi pada jamur uniseluler, misalnya ragi (Saccharomyces cerevisiae). Pada reproduksi dengan cara ini, jamur membentuk semacam sel berukuran kecil yang kemudian tumbuh menjadi sel ragi dengan ukuran sempurna yang akhirnya terlepas dari sel induknya menjadi individu baru.
Selain dengan tunas, reproduksi aseksual juga dapat terjadi dengan fragmentasi dan spora aseksual. Fragmentasi adalah pemotongan bagian-bagian hifa dan setiap potongan tersebut dapat tumbuh menjadi hifa baru. Reproduksi jamur secara fragmentasi diawali dengan terjadinya pemisahan hifa dari sebuah miselium. Selanjutnya hifa tersebut akan tumbuh dengan sendirinya menjadi miselium baru. Pada kondisi tertentu, hifa akan terdegeneralisasi menjadi sporangia (penghasil spora aseksual).
Cara reproduksi aseksual yang lain adalah dengan spora yang disebut spora aseksual. Spora aseksual adalah spora yang dihasilkan dari pembelahan secara mitosis. Pembentukan spora aseksual pada jamur terjadi melalui spora yang dihasilkan oleh hifa tertentu. Spora tersebut merupakan sebuah sel reproduksi yang dapat tumbuh langsung menjadi jamur. Hal ini mirip dengan perkecambahan biji pada tumbuhan tingkat tinggi.
E. Klasifikasi Jamur
Jamur atau fungi dipelajari secara spesifi k di dalam cabang biologi yang disebut mikologi. Para ahli mikologi (mycologist) mengelompokkan kingdom ini ke dalam 4 divisi. Dasar yang digunakan dalam klasifi kasi ini adalah persamaan ciri-ciri. Salah satu ciri jamur adalah bereproduksi dengan spora, baik spora berfl agela maupun spora tidak berfl agela. Jenis-jenis jamur yang sporanya berflagela dikelompokan dalam Dunia Protista yaitu Myxomycotina dan Oomycotina. Sedangkan yang memiliki spora tidak berfl agela dimasukkan ke dalam Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifi kasi ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifi kasikan ke dalam satu divisi, yang diberi nama Divisi Deuteromycotina.
1. Zygomycotina
Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur yang terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (black bread mold) atau Rhizopus sp. Divisi Zygomycotina memiliki anggota yang hampir semuanya hidup pada habitat darat, kebanyakan hidup sebagai saprofi t. Tubuhnya bersel banyak, berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat, dan tidak menghasilkan spora yang berflagella.
Reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual dan seksual. Pada reproduksi seksual, jamur ini menghasilkan zigospora. Sedangkan reproduksi aseksualnya dengan perkecambahan (germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan di dalam sporangium (kotak spora). Jika spora matang, sporangium akan pecah, sehingga spora menyebar terbawa angin. Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan tumbuh menjadi hifa baru.
Reproduksi seksual atau generatif dilakukan dengan cara konjugasi. Proses ini diawali ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling berdekatan. Masing-masing hifa pada sisi-sisi tertentu mengalami pembengkakan dan perpanjangan pada bagian- bagian tertentu, disebut gametangium. Kemudian, kedua gametangium tersebut bertemu dan kedua intinya melebur membentuk zigot. Zigot kemudian berkembang menjadi zigospora (diploid). Pada tahapan berikutnya, zigospora tumbuh, dindingnya menebal dan berwarna hitam. Inti diploid (2n) mengalami meisosis, menghasilkan inti haploid (n). Pada lingkungan yang sesuai, zigospora akan tumbuh dan membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki struktur penopang yang disebut sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara aseksual dimulai lagi yaitu ditandai dengan pematangan sporangium hingga sporangium tersebut pecah dan spora tersebar keluar.
2. Ascomycotina
Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi yang reproduksi seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus (ascus = sac atau kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam sporangium yang menghasilkan askospora. Beberapa askus biasanya mengelompok dan berkumpul membentuk tubuh buah yang disebut askorkarp atau askoma (kalau banyak disebut askomata). Askomata bisa berbentuk mangkok, botol, atau seperti balon). Hifa dari Ascomycotina umumnya monokariotik (uninukleat atau memiliki inti tunggal) dan sel-sel yang dipisahkan oleh septa sederhana.Jadi, askus merupakan struktur umum yang dimiliki oleh anggota Divisi Ascomycotina. Tubuhnya ada yang berupa uniseluler dan ada pula yang multiseluler. Hidup sebagai saprofi t dan parasit. Beberapa jenis diantaranya dapat juga bersimbiosis dengan makhluk hidup ganggang hijau-biru dan ganggang hijau bersel satu membentuk lumut kerak.
Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang tumbuh menjadi benang (hifa) yang bercabang-cabang. Kemudian, salah satu dari beberapa sel pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi askogonium, yang ukurannya lebih lebar dari hifa biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya membentuk Anteridium. Anteridium dan Askogonium tersebut letaknya berdekatan dan memiliki sejumlah inti yang haploid.
Pada askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan askogonium dengan anteredium. Melaui trikogin ini inti dari anteredium pindah ke askogonium dan kemudian berpasangan dengan inti pada askogonium. Selanjutnya pada askogonium tumbuh sejumlah hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-inti membelah secara mitosis dan tetap berpasangan. Hifa askogonium tumbuh membentuk septa bercabang. Bagian askogonium berinti banyak, sedangkan pada bagian ujungnya berinti 2. Bagian ujung inilah yang akan tumbuh menjadi bakal askus.
Hifa askogonium ini kemudian berkembang disertai pertumbuhan miselium vegetatif yang kompak, membentuk tubuh buah. Dua inti pada bakal askus membentuk inti diploid yang kemudian membelah secara meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus (askospora). Apabila askospora tersebut jatuh pada lingkungan yang sesuai maka ia akan tumbuh membentuk hifa atau miselium baru.
Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan cara membentuk tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada jamur uniseluler dan spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur multiseluler. Spora aseksual tersebut terbentuk pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor dan sporanya disebut konidia. Konidia merupakan spora yang dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak spora atau sporangium.
3. Basidiomycotina
Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the club fungi atau yang sering disebut jamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms). Jamur ini bereproduksi secara seksual dengan membentuk basidia yang kemudian menghasilkan basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut basidioma atau basidiokarp (Gambar 5.22). Basidia tersebut bisa berkembang dalam bentuk seperti insang, pori-pori, seperti gigi, atau struktur lain. Hifa dari Basiomycotina umumnya dikaryotik (binukleat, dengan 2 inti) dan terkadang memiliki hubungan yang sa ling mengapit. Sel-sel tersebut dipisahkan oleh septa yang kompleks. Anggota nya kebanyakan berupa jamur makroskopis. Kelompok ini memiliki miselium yang bersekat dan memiliki tubuh buah (basi diokarp) yang panjang, berupa lembaran- lembaran, yang berliku-liku atau bulat. Jamur ini umumnya hidup saprofit dan parasit, umumnya berkembang biak secara aseksual dengan konidium.
Siklus hidup Basidiomycota dimulai dari spora basidium atau konidium yang tumbuh menjadi hifa yang bersekat dengan 1 inti (monokariotik). Hifa tersebut kemudian tumbuh membentuk miselium. Hifa-hifa yang berbeda, hifa (+) dan hifa (-), bersinggungan pada masing- masing ujungnya dan melebur diikuti dengan larutnya masingmasing dinding sel. Kemudian inti sel dari salah satu sel pindah ke sel yang lainnya, sehingga sel tersebut memiliki 2 inti sel (dikariotik). Sel dikariotik tersebut akhirnya tumbuh menjadi miselium dikariotik dan selanjutnya menjadi tubuh buah (basidiokarp).
Basidiokarp memiliki bentuk seperti payung. Pada bagian bawahnya terdapat basidium yang terletak pada bilah-bilah (lamela). Masingmasing basidium memiliki 2 inti (2n). Kemudian 2 inti tersebut mengalami meiosis dan akhirnya terbentuk 4 inti haploid. Dan apabila mendapatkan lingkungan yang sesuai, inti haploid tersebut akan tumbuh menjadi spora basidium, atau disebut juga spora seksual. Begitu seterusnya membentuk siklus hidup Basidiomycotina.
4. Deuteromycotina
Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnya dimasukkan ke dalam Deuteromycotina. Kelompok jamur ini juga sering disebut sebagai jamur tidak sempurna atau the imperfect fungi. Jamur ini tidak mengalami reproduksi seksual atau mereka menunjukkan tahap aseksual (anamorph) dari jamur yang memiliki tahap seksual (teleomorph). Jamur ini menyerupai Ascomycotina (septanya sederhana). Jadi, kelompok ini bisa dikatakan sebagai “keranjang sampah”, tempat sementara untuk menampung jenis-jenis jamur yang belum jelas statusnya. Apabila pada penelitian berikutnya ditemukan cara reproduksi seksualnya, maka suatu jenis jamur anggota Deuteromycotina akan bisa dikelompokkan ke dalam Divisi Ascomycotina atau Divisi Basidiomycotina. Contohnya adalah Neurospora crassa yang saat ini dimasukkan ke dalam kelompok Ascomycotina.
Semua jamur anggota divisi artifi sial ini bereproduksi secara aseksual dengan konidia. Konidia dibentuk diujung konidiosfora, secara langsung pada hifa yang bebas. Beberapa jenis hidup pada dedaunan dan sisa-sisa tumbuhan yang tenggelam di dasar sungai yang berarus deras. Beberapa kelompok yang lain merupakan parasit pada protozoa dan hewan-hewan kecil lainnya dengan berbagai cara. Beberapa jenis juga ditemui pada semut dan sarang rayap.
Beberapa jamur parasit pada hewan-hewan kecil mengembangkan unbranched body di dalam tubuh korbannya, kemudian secara perlahan- lahan menyerap nutrien sampai korbannya mati. Setelah itu jamur tersebut memproduksi rantai spora yang mungkin menempel atau termakan oleh hewan-hewan lain yang akan menjadi korbannya. Cara lain adalah dengan menangkap mangsanya dengan hifa yang dapat menusuk, dengan menumpangi dan melekat pada amuba. Salah satu kelompok jamur penghuni tanah ada yang mampu menangkap cacing nematoda dengan membentuk cincin hifa atau hyphal loop. Ukuran cicin hifa tersebut lebih kecil dari ukuran tubuh nematode dan run cing pada kedua ujungnya. Ketika nematoda memasukkan kepalanya ke dalam cincin hifa, cacing tersebut cenderung berusaha keluar dengan bergerak maju, bukan mundur, sehingga cacing tersebut justru terjebak pada kumparan hifa jamur tersebut. Setelah berhasil menjerat korbannya, jamur tersebut kemudian membentuk haustoria yang tumbuh menembus ke dalam tubuh cacing dan mencernanya.
Deuteromycotina juga memiliki beberapa anggota yang merupakan penyebab penyakit pada tanaman. Sclerotium rolfsie adalah jamur yang menyebabkan penyakit busuk pada tanaman budidaya. Sedangkan Helminthosporium oryzae adalah contoh jamur parasit yang dapat merusak kecambah dan buah serta dapat menimbulkan noda-noda berwarna hitam pada daun inangnya.
5. Oomycotina (Jamur Air)
Oomycotina berarti fungi telur. Istilah ini didasarkan pada cara reproduksi seksual pada jamur air. Beberapa anggota Oomycotina bersifat uniseluler dan tidak memiliki kloroplas.
Jamur air memiliki dinding sel terbuat dari selulosa, yang berbeda dengan dinding sel jamur sejati yang terbuat dari polisakarida yang disebut kitin. Yang membedakan jamur air dengan jamur sejati adalah adanya sel bifl agellata yang terjadi pada daur hidup jamur air. Sementara jamur sejati tidak memiliki flagella.
Sebagian besar jamur air hidup secara bebas atau melekat pada sisa-sisa tumbuhan di kolam, danau, atau aliran air. Meraka hidup sebagai pengurai dan berkoloni. Walaupun begitu, ada juga yang hidup pada sisik atau insang ikan yang terluka sebagai parasit. Contoh anggota Oomycotina adalah Saprolegnia, dan Phytoptora infestans. Selain bersifat parasit, jamur air juga bersifat patogen (dapat menimbulkan penyakit), seperti menyebabkan pembusukan kayu pada kentang dan tomat.
Jamur air dapat bereproduksi secara seksual atau aseksual. Secara aseksual, jamur air menghasilkan sporangium di ujung hifa. Di dalam sporangium tersebut, dihasilkan spora yang berfl agella yang disebut zoospora. Ketika zoospora matang dan jatuh di tempat yang sesuai, maka akan berkecambah dan tumbuh menjadi mycelium baru. Adapun reproduksi secara seksual terjadi melalui penyatuan gamet jantan dan gamet betina. Gamet jantan dihasilkan oleh antheredium dan gamet betina dihasilkan dari oogonium. Penggabungan gamet jantan dan gamet betina menghasilkan zigot diploid. Zigot ini nantinya akan berkembang menjadi spora, yang berdinding tebal. Saat spora berkecambah, akan dihasilkan mycelium baru.
6. Myxomycotina
Pada umumnya, jamur lendir berwarna (berpigmen) kuning atau orange, walaupun ada sebagian yang berwarna terang. Jamur ini bersifat heterotrof dan hidup secara bebas. Tahapan memperoleh makan dalam siklus hidup jamur lendir merupakan suatu massa ameboid yang disebut plasmodium. Plasmodium ini dapat tumbuh besar hingga diameternya mencapai beberapa sentimeter. Walaupun berukuran besar, plasmodium bukan multiseluler. Plasmodium merupakan massa tunggal sitoplasma yang mengandung banyak inti sel. Plasmodium menelan makanan melalui fagositosis. Mereka melakukan ini sambil menjulurkan pseudopodia melalui tanah yang lembab, daun-daunan, atau kayu yang membusuk. Jika habitat jamur lendir mulai mongering atau tidak ada makanan yang tersisa, plasmodium akan berhenti tumbuh dan berdiferensiasi menjadi tahapan siklus hidup yang berfungsi dalam tahapan reproduksi seksual. Contoh jamur lendir adalah jenis Dyctystelum discridium.

2.2 Lumut ( Bryophyta)
            Ciri-ciri dan sifat tumbuhan lumut adalah sebagai berikut :
·         Susunan tubuh tumbuhan lumut lebih lengkap bila dibandingkan dengan thalophyta. Organ   tubuhnya terdiri atas akar (berupa rizoid), batang dan daun. Walaupun demikian, ada beberapa jenis tumbuhan lumut yang struktur tubuhnya menyerupai thalophyta, yaitu lumut hati.
·         Dalam daur hidupnya tumbuhan lumut mengalami pergantian turunan antar fase kawin atau fase generative dan fase tak kawin atau fase vegetative sehingga tumbuhan lumut sering diasebut mengalami metagenesis.
·         Tumbuhan lumut sebagai turunan tak kawin merupakan penghasil sel gamet, oleh karena itu disebut sebagai gametofit.
·         Turunan generatifnya adalah sporogonium yaitu badan penghasil spora. Oleh karena itu sporogonium merupakan sporofitnya.
·         Habitat lumut adalah di darat yang lembab atau basah. Jadi lumut merupakan tumbuhan higrofit. Umumnya, tumbuhan lumut melekat pada tempatnya dengan menggunakan rizoidnya.
Klasifikasi Lumut
            Divisi Bryophyta dibedakan menjadi dua kelas, yaitu hepaticae (lumut hati) dan Musci atau lumut daun.
1. Lumut Hepaticae (Lumut Hati)
            Tubuh lumut hati menyerupai talus pipih bercabang dua. Umumnya lumut hati hidup di darat yang lembab. Namun, ada pula yang hidup di air, misalnya Riccia nutans. Umumnya lumut hati berumah dua, artinya ada lumut jantan dan ada lumut betina.
            Kelas ini terdiri atas beberapa ordo, yaitu :
1. Anthocerotales
2. Marchantiales
2. Kelas Musci ( Lumut Daun)
            Lumut daun atau kelas Musci mempunyai batang, akar dan daun. Batangnya tumbuh tegak dan daunnya tumbuh disisi batang. Batang lumut tidak dapat membesar. Habitat lumut daun biasanya di air tawar, air payau, dan di darat yang lembab.
            Kelas ini terbagi menjadi beberapa ordo, yaitu :
1. Andreaeales
2. Sphagnales
3. Bryales


2.3 Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
            Tumbuhan paku (atau paku-pakuan, Pteridophyta atau Filicophyta), adalah satu divisio tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi. Tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah divisi dari kingdom Plantae yang anggotanya memiliki akar, batang, dan daun sejati, serta memiliki pembuluh pengangkut. Tumbuhan paku sering disebut juga dengan kormofita berspora karena berkaitan dengan adanya akar, batang, daun sejati, serta bereproduksi aseksual dengan spora. Tumbuhan paku juga disebut sebagai tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) karena memiliki pembuluh pengangkut.
Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan ini cenderung tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas, mungkin mengikuti perilaku moyangnya di zaman Karbon, yang juga dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku karena merajai hutan-hutan di bumi. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil sekarang ditambang orang sebagai batu bara. Salah satu anggota dari Pteridophyta ialah kelas Lycopodiinae ( paku kawat atau paku rambat ). Merupakan tumbuhan liar di pinggir-pinggir jalan, semak belukar atau di hutan-hutan,sering memanjat di pohon. Tumbuh dari dataran rendah sampai pegunungan dari ketinggian 100 m sampai 2.000 m di atas permukaan laut.
A. Morfologi  Tumbuhan Paku
Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa pohon (paku pohon, biasanya tidak bercabang), epifit, mengapung di air, hidrofit, tetapi biasanya berupa terna denganrizoma yang menjalar di tanah atau humus dan ental (bahasa Inggris frond) yang menyangga daun dengan ukuran yang bervariasi (sampai 6 m). Ental yang masih muda selalu menggulung (seperti gagang biola) dan menjadi satu ciri khas tumbuhan paku. Daun pakis hampir selalu daun majemuk. Sering dijumpai tumbuhan paku mendominasi vegetasi suatu tempat sehingga membentuk belukar yang luas dan menekan tumbuhan yang lain.
B. Ciri-ciri Pterydophyta
a. Memiliki jaringan pengangkut (xilem dan floem)
b. Secara umum telah dapat dibedakan akar, batang dan daunnya.
c. Alat reproduksi aseksual berupa spora.
d. Spora dihasilkan oleh sporofil (daun fertil).
e. Mengalami metagenesis (Fase sporofit lebih dominan dari fase gametofit)
C. Bagian – Bagian Tumbuhan Paku
1. Akar
Akar tumbuhan paku merupakan akar sesungguhnya karena sel-sel akarnya sudah terdiferensiasi menjadi :
a. kuit luar (epidermis)
b.  kulit dalam (korteks), dan
c. silinder pusat, terdpat buluh pengangkut brupa xylem yan dikelilini oleh floe.
Tumbuhan paku mempunyai sistem perakaran serabut.
http://3.bp.blogspot.com/_VHa2c5sf3So/TNzR3-FLtcI/AAAAAAAAAA8/lV-0inxfR68/s320/anatomi-akar.jpg
2. Batang
Pada sebagian besar jenis paku, batangnya terdapat di dalam tanah yang dinamakan ripang (rhizome). Jika muncul ke permukaan tanah, batangnya sangat pendek sekitar 0.5 m. Namun, ada beberapa batang pohon paku yang tingginya mencapai 5 m atau lebih, misalnya cythea sp. Pada batang, terdapat pembuluh pengangkut berup xilem dikelilingi floem.
http://1.bp.blogspot.com/_VHa2c5sf3So/TNzR_pcPgbI/AAAAAAAAABA/PmqsDkA8a-c/s320/Cultivation-Of-Trichomanes-Speciosum-Or-The-Irish-1850004.jpg


3. Daun
 Macam-Macam Daun
 - daun yang kecil-kecil disebut Mikrofil
- daun yang besar-besar disebut Makrofil dan telah mempunyai daging daun (Mesofil)
- daun yang khusus untuk asimilasi disebut Tropofil
- daun yang khusus menghasilkan spora disebut Sporofil

D. Klasifikasi
  }        Klasifikasi ilmiah
}        Kerajaan:   Plantae
      Divisi         :Pteridophyta
Kelas         :
Psilotopsida
                   
Equisetopsida
                   
Marattiopsida
                   
Polypodiopsida
Ø Psilotophyta mempunyai dua genera. Psilotum sp tersebar luas di daerah tropik dan subtropik, mempunyai ranting dikotom, tidak memiliki akar dan daun, pengganti akar berupa rizoma diselubungi rambut-rambut yang dikenal rizoid. Contohnya: Psilotum.
Ø Lycopodophyta memiliki daun berupa mikrofil yang tersusun secara spiral. Lycopodophyta memiliki sporangium yang muncul dari ketiak daun dan berkumpul membentuk strobilus (bentuk seperti pentungan kayu). Kebanyakan hidup menempel pada tumbuhan lain sebagai epifit. Contohnya Lycopodium sp dan Selaginella sp.
Ø Equisetophyta sering disebut paku ekor kuda, bersifat homospora, mempunyai akar; batang; daun sejati, batangnya keras karena dinding sel mengandung silika. Mereka biasa tumbuh di tempat yang lembap. Daun berukuran menengah, bersisik, dan tersusun melingkar pada setiap buku. Rizom dapat menghasilkan batang yang menjulang ke atas hingga 1,3 meter, dan pada ujung batang terdapat strobilus berwarna kekuning-kuningan. Contohnya Equisetum debile (paku ekor kuda).
ØPteridophyta (paku sejati) umumnya tumbuh di darat pada daerah tropis dan subtropis. Mereka memiliki makrofil dengan tulang-tulang daun dan daging daun (mesofil). Tinggi tumbuhan ini bervariasi mulai dari terpendek hingga yang tinggi menjulang seperti pohon. Contohnya: Adiantum cuneatum (paku suplir untuk hiasan), Marsilea crenata (semanggi untuk sayuran), Asplenium nidus (paku sarang burung), Pletycerium bifurcatum (paku tanduk rusa), Alsophilla glauce (paku tiang).
E. Daur hidup (metagenesis)
Tumbuhan paku mengalami metagenesis atau pergiliran keturunan antara generasi sporofit dan generasi gametofit.
Generasi Saprofit merupakan tumbuhan paku itu sendiri yang dapat menghasilkan spora. Spora dihasilkan oleh struktur daun khusus yang disebut sporofil. Spora tersebut mudah menyebar diterbang angin, dan spora yang jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi tumbuhan baru yaitu berupa protalium.
Generasi Gametofit merupakan tumbuhan penghasil gamet. Generasi gametofit ditandai dengan adanya protalium yaitu tumbuhan paku baru yang berbentuk seperti jantung, berwarna hijau, dan melekat pada substrat dengan rizoidnya. Generasi gametofit tidak berlangsung lama karena biasanya protaliumnya berukuran kecil dan tidak berumur panjang. Di dalam protalium terdapat suatu gametangium sehingga dapat membentuk anteridium yaitu alat kelamin jantan yang akan menghasilkan sperma, dan arkegonium yaitu alat kelamin betina yang akan menghasilkan sel telur. Jika terjadi pertemuan antara sperma dengan sel telur maka akan terbentuk zigot dan akan tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.
http://2.bp.blogspot.com/_VHa2c5sf3So/TNzSKo01ocI/AAAAAAAAABE/fL6bbGvncNY/s320/siklus-paku2.jpg
F.  Metagenesis Tumbuhan Paku
Ø      Arkegonium (n)
Ø      Spora (n)
Ø      Mitosis
Ø      Protalus atau protalium (n)
Ø      (gametofit)
Ø      Anteridium (n)
Ø      Sel telur (n)
Ø      Spermatozoid (n)
Ø      Zigot (2n)
Ø      Tumbuhan paku (2n)
Ø      (sporofit)
Ø      Sporangium
Ø      Spora (n)
Ø      Meiosis
http://1.bp.blogspot.com/_VHa2c5sf3So/TNzSWF9h6BI/AAAAAAAAABI/5Blof120br8/s200/metagenesis.jpg       http://2.bp.blogspot.com/_VHa2c5sf3So/TNzSn3OjbpI/AAAAAAAAABM/VprHmYjF2m0/s320/siklus-paku.jpg
              Metagenesis Pterydophyta                       Reproduksi Pterydophyta
G. Macam pteridophyta (spora)
a) Paku Homospora (isospora)
menghasilkan satu jenis spora saja, misalnya paku kawat (Lycopodium clavatum).
Homospora adalah genus dari ngengat dalam keluarga Geometridae .

http://1.bp.blogspot.com/_VHa2c5sf3So/TNzS47rV89I/AAAAAAAAABQ/Jo_WcJrlBcQ/s320/010801_0233_klasifikasi2.png

b) Paku Heterospora (anisospora) menghasilkan dua jenis spora yaitu: mikrospora (jantan) dan makrospora (betina), misalnya paku rane (Selaginella wildenowii) dan semanggi (Marsilea crenata).
http://1.bp.blogspot.com/_VHa2c5sf3So/TNzTMkrQXYI/AAAAAAAAABU/rWBReY2JhPo/s320/daur-hidup-paku-secara-heterospora.jpg
c. Peralihan antara homospora dan heterospora
menghasilkan spora yang bentuk dan ukurannya sama (isospora) tetapi sebagian jantan dan sebagian betina (heterospora), misalnya paku ekor kuda (Equisetum debile)
http://1.bp.blogspot.com/_VHa2c5sf3So/TNzTj3cfatI/AAAAAAAAABY/xIyEi3Mw3Fg/s1600/paku+peralihan.JPG
H. Manfaat Tumbuhan paku
Sebagai tanaman hiasan :
- Platycerium nidus (paku tanduk rusa)
- Asplenium nidus (paku sarang burung)
- Adiantum cuneatum (suplir)
- Selaginella wildenowii (paku rane)
Sebagai bahan penghasil obat-obatan :
- Asipidium filix-mas
- Lycopodium clavatum
Sebagai sayuran :
- Marsilea crenata (semanggi)
- Salvinia natans (paku sampan = kiambang)
Sebagai pupuk hijau :
- Azolla pinnata bersimbiosis dengan anabaena azollae (gangang
biru)
Sebagai pelindugn tanaman di persemaian :
- Gleichenia linearis
Sebagai sumber bahan baku pembentukan batu bara :
- Tumbuhan paku yang sudah mati pada zaman purba.













BAB III ISI
DATA HASIL KULIAH LAPANGAN
NO. SAMPEL
DESKRIPSI
FOTO
KETERANGAN
01.
·         Jamur ini memiliki warna tubuh kuning kecoklatan.
·         Memiliki tubuh yang lunak (Tidak keras).
·         Memiliki lamella.
·         Habitatnya ditempat – tempat yang lembab
·         Menempel pada substrat batang tumbuhan.

P1020142
Kingdom : Fungi
Divisi   :
Kelas    :
Ordo     :
Famili   :
Genus
Spesies : Spesies 1
02.
·         Jamur ini memiliki warna tubuh kuning ke-orenge.
·         Memiliki tubuh yang lunak.
·         Tepi pada jamur ini tidak rata (bergelombang).
·         Menempel pada substrat batang tumbuhan.

P1020143
Kingdom : Fungi
Divisi   :
Kelas    :
Ordo     :
Famili   :
Genus   :
Spesies : Spesies 2
03.
·         Jamur ini memiliki tubuh warna putih bersih.
·         Tepi tubuhnya tidak rata.
·         Memiliki lamella.
·         Menempel pada substrat batang tumbuhan.

P1020115
Kingdom : Fungi
Divisi   :
Kelas    :
Ordo     :
Famili   :
Genus   :
Spesies : Spesies 3
04.
·         Jamur ini memiliki warna hitam.
·         Permukaan bawah jamur ini kasar dan keras.
·         Menempel pada substrat batang yang sudah mati.

P1020131
Kingdom : Fungi
Divisi   : Basidiomycota
Kelas    : Agaricomycetes
Ordo     : Polyporales
Famili   : Ganodermaceae
Genus   : Ganoderma
Spesies : Ganodoema sp.
05.
·         Jamur  ini juga merupakan jamur kayu.
·         Memiliki tubuh yang keras.
·         Memiliki warna tubuh putih kecoklatan.
·         Tepi  tubuhnya seperti kipas.

P1020144
Kingdom : Fungi
Divisi   : Basidiomycota
Kelas    : Agaricomycetes
Ordo     : Polyporales
Famili   : Ganodermaceae
Genus   : Ganoderma
Spesies : Ganoderma sp.
06.
·         Lumut kerak bertipe squamulose (bentuk sisik).
·         Memiliki warna putih kekuning kuningan.
·         Menempel pada substrat daun.

P1020120
Kingdom : Fungi
Divisi   :
Kelas    :
Ordo     :
Famili   :
Genus   :
Spesies : Spesies 6
07.
·         Lumut kerak bertipe foliose (seperti daun).
·         Memiliki warna hijau dan ada juga warna kuning.
·         Menempel pada substrat dinding batu.

P1020099
Kingdom : Fungi
Divisi   :
Kelas    :
Ordo     :
Famili   :
Genus   :
Spesies : Spesies 7
08.
·         Lumut kerak bertipe squamulose (Bentuk sisik)
·         Memiliki warna putih kehijauan.
·         Menempel pada substrat batang yang lembab.

P1020103
Kingdom : Fungi
Divisi   :
Kelas    :
Ordo     :
Famili   :
Genus   :
Spesies : Spesies 8
09.
·         Lumut kerak bertipe squamulose (bentuk sisik).
·         Memiliki warna putih kehijauan.
·         Memiliki bentuk seperti sisik.
·         Menempel pada substrat batang yang kering.

P1020105
Kingdom : Fungi
Divisi   :
Kelas    :
Ordo     :
Famili   :
Genus   :
Spesies : Spesies 9
10.
·         Lumut kerak ini bertipe fruticose (Hairy-Like).
·         Warna lumut kerak ini berwarna hijau pucat.
·         Memiliki bentuk tubuh seperti rambut.
·         Menempel pada substrat batang.

Photo-0045
Kingdom : Fungi
Divisi   :
Kelas    :
Ordo     : Usneales
Famili   : Usneaceae
Genus   : Usnea
Spesies : Usnea sp.
11.
·         Lumut kerak ini bertipe squamulose.
·         Warnanya hijau.
·         Bentuknya seperti sisik.
·         Menempel pada substrat batang.

P1020133
Kingdom : Fungi
Divisi   :
Kelas    :
Ordo     :
Famili   :
Genus   :
Spesies : Spesies 11
12.
·         Lumut kerak bertipe foliose.
·         Warna tubuhnya hijau.
·         Tepi tubuhnya tidak rata.
·         Menempel pada substrat batang tumbuhan.

Photo-0043
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas  : Lecanoromycetes
Ordo   : Lecanorales
Famili :Parmaliaceae
Genus : Parmelia
Spesies:Parmelia saxatilis
13.
·         Lumut kerak ini bertipe squamulose.
·         Warna tubuhnya kuning kehijauan.
·         Menempel pada substrat batang.

Photo-0042
Kingdom : Fungi
Divisi :
Kelas  :
Ordo   :
Famili :
Genus :
Spesies : Spesies 13
14.
·         Lumut kerak ini bertipe seperti rambut.
·         Warna lumut ini berwarna hijau.
·         Menempel pada substrat batang tumbuhan.

Photo-0041
Kingdom : Fungi
Divisi   :
Kelas    :
Ordo     :
Famili   :
Genus   :
Spesies : Spesies 14
15.
·         Lumut ini merupakan lumut hati (Hepaticeae).
·         Warna lumut hati ini berwarna hijau.
·         Lumut ini memiliki alat kelamin arkegonium dan anteridium.
·         Memiliki akar rhizoid.

P1020112
Kingdom : Plantae
Divisi   : Bryophyta
Kelas    : Hepaticeae
Ordo     : Marchantiales
Famili   : Marchantiaceae
Genus   : Marchantia
Spesies : M. polymorpha
16.
·         Memiliki tepi daun yang bergerigi.
·         Memiliki spora dibawah permukaan daun.
·         Memiliki daun yang lumayan panjang.
·         Memiliki tulang daun.

P1020126
Kingdom : Plantae
Divisi   : Pteridophyta
Kelas    : Polipodiopsida
Ordo     : Cyathiales
Famili   : Cyatheceae
Genus   : Cyathea
Spesies : C. contaminans
17.
·         Paku ini merupakan paku  tiang.
·         Batangnya keras.
·         Habitatnya ditempat – tempat yang lembab.
·         Akarnya serabut.

P1020106
Kingdom : Plantae
Divisi   : Pteridophyta
Kelas    : Polipodiopsida
Ordo     : Polypodiales
Famili   :
Genus   :
Spesies : Spesies 17
18.
·         Memiliki daun yang kecil.
·         Warnanyadaun hijau.
·         Memiliki batang keras.
·         Memiliki akar rhizome.
·         Substrat pada tanah yang lembab.

P1020100
Kingdom : Plantae
Divisi   : Pteridophyta
Kelas    : Polipodiopsida
Ordo     : Polypodiales
Famili   : Adiantiales
Genus   : Adiantum
Spesies : A. Cuneatum
19.
·         Memiliki warna helai daun hijau cerah dan menguning bila terkena cahaya matahari langsung. 
·         Spora terletak di sisi bawah helai.
·         Menumpang pada cabang-cabang pohon.

P1020134
Kingdom : Plantae
Divisi   : Pteridophyta
Kelas    : Polipodiopsida
Ordo     : Polypodiales
Famili   : Aspleniaceae
Genus   : Asplenium
Spesies : A. nidus

20.
·         Paku ini memiliki daun yang memanjang.
·         Warna daunnya hijau.
·         Menempel pada substrat batang tumbuhan yang sudah mati.

P1020129
Kingdom : Plantae
Divisi   : Pteridophyta
Kelas    :
Ordo     :
Famili   :
Genus   :
Spesies : Spesies 20
21.
·         Paku ini mirip dengan suplir, hanya saja paku ini memiliki daun besar.
·         Warna daunnya hijau tua.
·         Substrat pada tanah yang lembab.

P1020108
Kingdom : Plantae
Divisi   : Pteridophyta
Kelas    :
Ordo     :
Famili   :
Genus   :
Spesies : Spesies 21
22.
·         Paku ini memiliki daun kecil.
·         Tepi daunnya bergerigi.
·         Substrat pada tanah yang lembab.

P1020107
Kingdom : Plantae
Divisi   : Pteridophyta
Kelas    :
Ordo     :
Famili   :
Genus   : 
Spesies : Spesies 22

Contoh Daun Ental Pada Tumbuhan Paku

P1020123
Ciri khas daun tumbuhan paku pada waktu masih muda adalah menggulung, dan daunnya ada yang kecil yang disebut dengan mikrofil, ada pula yang berukuran besar yang disebut dengan makrofil. Pada umumnya mikrofil pada tumbuhan paku berbentuk rambut atau sisik, tidak bertangkai, dan tidak bertulang kecuali pada paku kawat dan paku ekor kuda. Sedangkan untuk makrofil sudah bertangkai, bertulang daun, dan memiliki daging daun (mesofil) yang terdapat stomata, jaringan tiang, dan bunga karang.

BAB IV KESIMPULAN
            Dari data hasil kuliah lapangan yang di lakukan di Taman Wisata Alam Sibolangit dan Tahura, dan juga dari teori yang di peroleh, maka dapat di simpulkan menjadi beberapa poin-poin penting diantaranya yaitu :
1. Fungi atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organisme eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile), bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan, dan kitin, tidak berklorofil, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual.
2. Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof.
3. Cara hidup jamur bervariasi, ada yang hidup secara soliter dan ada yang hidup berkelompok (membentuk koloni). Pada umumnya jamur hidup secara berkelompok atau berkoloni, karena hifa dari jamur tersebut saling bersambungan atau berhubungan.
4. Lichenes adalah sejenis tumbuhan yang unik. Tumbuhan ini merupakan simbiosis antara alga dan jamur tertentu, dan memiliki morfologi, reproduksi dan klsifikasi yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok tersendiri.
5. Tubuhnya berupa thallus yang terdiri dari benang-benang hifa. Sebagai tumbuhan perintis, lichenes ikut berperan dalam pembentukan tanah dan tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi.
6. Tumbuhan lichenes tidak akan terbentuk tanpa adanya simbiosis antara alga dan jamur yang sesuai. Tumbuhan ini juga menghasilkan senyawa-senyawa metabolit yang tidak dihasilkan oleh alga dan jamur yang hidup terpisah.
7. Selain keunikan struktur, fisiologi maupun reproduksinya, lichenes juga memiliki kegunaan ekonomi yang tidak kalah pentingnya. Sampai sekarang para ahli masih terus meneliti tumbuhan ini dan ada yang mengusulkan agar lichenes dimasukkan ke dalam golongan tersendiri dan terpisah dari jamur dan alga.
8. Ciri khas daun tumbuhan paku pada waktu masih muda adalah menggulung, dan daunnya ada yang kecil yang disebut dengan mikrofil, ada pula yang berukuran besar yang disebut dengan makrofil.
9. Tumbuhan paku sering disebut juga dengan kormofita berspora karena berkaitan dengan adanya akar, batang, daun sejati, serta bereproduksi aseksual dengan spora. Tumbuhan paku juga disebut sebagai tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) karena memiliki pembuluh pengangkut.
10. Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa pohon (paku pohon, biasanya tidak bercabang), epifit, mengapung di air, hidrofit, tetapi biasanya berupa terna denganrizoma yang menjalar di tanah atau humus dan ental (bahasa Inggris frond) yang menyangga daun dengan ukuran yang bervariasi (sampai 6 m).


Daftar pustaka
Hackle. 1999. Tumbuhan paku. Bandung : Cv. Duta permana.
Sembiring, L. dkk. 2005. Biologi. Jilid 1. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka.
Soeratman. 1999. Pengelompokan Tumbuhan Pteridophyta. Jakarta : Erlangga
Tjitrosoepoemo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_paku di akses tanggal 18 Mei 2013
http://www.lichen.com di akses tanggal 18 Mei 2013
















Dokumentasi kelompok
       
  
                
                
                     
                              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar